Minggu, 12 Januari 2014

Bermanfaat :)

Kondisi yang saya rasakan saat itu bener-bener absurd banget. Di depan saya ada seorang dosen batak yang kacamatanya merosot. Di kanan dan kiri saya, ada dua sahabat saya. Prasita di sebelah kanan saya tengah memasang muka miris, Amita di sebelah kiri saya memasang muka manis. Kami sedang memohon perbaikan nilai kepada dosen batak ini. Lebih tepatnya Prasita yang memohon perbaikan nilai. Saya dan Amita hanya mengantarkan Prasita saja. Dia shock banget dapet nilai Listrik Magnet ‘serendah’ itu. Makanya dia protes ke dosennya.
Situasinya bener-bener kayak drama.

Dosbat (Dosen Batak)      : Nilai kamu sudah fix segitu … (wajah dingin)

Prasita                            : Tapi pak, saya kan gak ikut kuis bapak..  (wajah memelas)

Dosbat                           : Nah, buat yang ga ikut kuis, saya sebenarnya kasih kesempatan dari saat kuis hingga pagi ini. Tapi kamu nggak pernah datang..  (ekspresi putus asa)

Prasita                            : Jadi saya terlambat pak ? Jadi bapak sudah menunggu lama ? (meminta pertanggung jawaban)

Dosbat                            : Iya kamu terlambat untuk datang dek…  (Relakan saja lah… )

Masya Allah!
Kisah cinta ini…!
Iuh.

Prasita menahan tangis karena ditolak oleh Dosbat yang telah menunggu lama untuk kedatangan dia. Si Dosbat ternyata melirik ke Amita.

Dosbat                            : Nilai kamu berapa, dek ?

Amita                             : Alhamdulillah pak .. dapet A (sambil senyum-senyum manyun)

Dosbat                            : Wah, hebat kali… Siapa nama kau ? (sorot mata bersinar)

Amita                             : Amita, pak… (masih senyum-senyum)

Dosbat                            : Pertahankan ya.. Tapi pertanggung jawabkan pula nilai mu itu (sekejap menjadi muka penuh waspada)

Amita                             : Hehehe Insya Allah pak… (speechless)

Absurd banget. Saya sebagai sahabat mereka berdua, bingung harus bersikap apa. Sebelah kiriku tengah berbahagia, sebelah kananku tengah menderita. Dan semua karena sejentik angka mutu!

Yang makin bikin Prasita makin galau, Herwin dan Azis, dua kawannya yang ia ajari Listrik Magnet, ternyata mendapat nilai yang lebih baik dari dia. Wkwkwkwk, semangat prasitaa!

Salah seorang senior terdekat saya, ngasih motivasi yang bagus banget pas ngehibur Prasita yang ‘ngeberisikin’ kantin.

“Nilai itu menunjukkan seberapa taat kita pada aturan. ”

SEPAKAT!

Toh Prasita memperoleh hal yang jauh lebih berharga daripada nilai. Dua orang yang ia ajari ternyata lebih baik, bukannya itu sebuah kesuksesan Prasita sebagai orang yang mengajarkan? Dan menurut saya, nilai kebanggaan seperti itu lebih prestis daripada kebanggaan karena memiliki nilai tinggi tapi ilmunya tidak dibagikan pada yang lain.

Tapi emang kadang pemikiran orang lain hanya terpaku pada nilai. Padahal, nilai di jaman sekarang, nilai di transkrip, rapor, atau kertas apapun, belum tentu dapat merepresentasikan kemampuan seseorang. Bukan seberapa tinggi nilai yang kita dapat, tapi seberapa banyak ilmu yang telah kita bagi. Karena manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat J
Salam Inspirasi.