Kamis, 26 Februari 2015

Photoshop VS Python (tapi yang menang Python)

Hai, lama tak berkoar – koar.
Aih ini adalah postingan pertama saya di taun 2015. Jadi, selamat tahun baru semuaa #extremelatepost

Nah, berhubung ini taun baru, pastinya ingin suasana baru kan pas baca postingan saya. Jadi, saya mau ganti sudut pandang orang pertama yang biasanya pake ‘saya’, mau transisi ke arah yang lebih gahol-able yakni ‘gue’. Semoga terbiasa yaa hehehe
#GUEmodeON

Sekarang, gue udah memasuki kuliah semester 6 guys. Anjrit lah gak kerasa padahal berasa baru kemaren beres semester 5. Hehehe
Yah, setelah sebelum – sebelumnya gua cuma denger kisah horror tentang sebuah mata kuliah dari para senior, akhirnya di semester ini gue ngambil mata kuliah itu. Sebut saja namanya Fiskom. Bukan Fisi Misi Komunikasi, apalagi Fisiologi Komplotan. Tapi Fiskom itu adalah Fisika Komputasi. *mana jeritannya kawan –kawan ?*

Mata kuliah horror.
Seenggaknya buat spesies kayak gue. Karena dosen yang ngajar bilang kalau Fiskom yang terhormat ini dibutuhkan di segala bidang pekerjaan. Si dosen ini emang hiperbola banget. Gue sebagai orang yang bercita- cita sebagai ibu rumah tangga, seketika meragukan keharusan untuk menguasai Fiskom ini. Entar bukannya ngurusin anak, malah ngasuh Lepi dan Kompi.

Tapi karena ini mata kuliah wajib, yang berkat perjuangan luar biasa ibu gue untuk bayaran kuliah semester ini, sehingga gue bisa ambil itu matkul (Ibu, entah aku harus berterima kasih atau berhujat), maka gue bertekad untuk sanggup melalui matkul ini dengan nilai A. hehehe
Tapi, tekad yang kuat pasti dihadang rintangan berat juga.

Seriusan, baru pertemuan ke 4, tubuh serasa ga berjiwa. Kita dikasih tugas buat bikin coding dari 3 fenomena fisika dan dibuatnya di software programming kayak Matlab dan Python. Dan pas menuju hari – hari pengumpulan tugas, gue pengen install Matlab dan Python di Netbook gue. Maka, konflik batin pun dimulai.

Kenalkan, netbook mungil gue, yang udah 2 taun lebih jadi piaraan kesayangan gue. Warnanya biru sendu, layarnya udah pecah sekali, harddisknya gampang kegeser, dan kabel flexinya udah gereget banget minta diselamatkan (karena udah nongol2 dari badan si Netbook). Buat spesifikasinya, ga usah gue sebutin karena pasti ga ada yang berminat. Yang jelas, gue bertekad untuk jadi orang hebat dengan bantuan dari Tuhan, orang tua, kawan – kawan, dan netbook ini. Netbook ini dibelikan ibu gue sebagai pusaka yang akan menemani perjuangan gue selama kuliah. Jadi wasiat banget deh ini netbook.

Tapi, alih – alih digunakan untuk kepentingan kuliah, harddisknya sebagian besar malah diisi dengan film, poto2 alay, lagu – lagu jadul, dan lain – lain. Bahan kuliah mah, paling cuma sebagai pelengkap sandiwara doang. Hehehehe
*Kok malah jadi bahas netbook ya -_-*

Jadi intinya, netbook gue ini suka kejang – kejang kalo kebanyakan ngeinstall program. Apa ya istilahnya, nge-hang. Pokoknya kalau lagi nge-hang, ini netbook pasti bikin hang over. Pusing. Nah, berhubung gue mesti ngeinstall Matlab dan Python di netbook, maka gue harus uninstall software – software lain.

Sial.

Software di netbook gue, kebanyakan berupa software desain kayak photoshop, Corel Draw, Sketch Up, InDesign, dan sekarang malahan gue lagi nyari crack-an Lectra Kaledo. Hehehe, sengaja banyakin software macam begitu. Software – software inilah yang menemani di kala gue merasa terpuruk saat mengerjakan tugas kuliah (dan nyaris selalu terpuruk). Karena sejak gue memutuskan masuk Fisika demi Ibu gue, gue bertekad bakal jadi satu – satunya jebolan Fisika yang mengubah dunia (setidaknya dunia gue sendiri. Hehehe) karena kemampuan desainnya. Aminkan tolong.
Kebayang kan betapa berharganya software – software itu buat gue? Dan akhirnya Photoshop ama Sketch Up gue uninstall demi pindah ke lain hati. Aaaaaaaakkk

Tapi setelah gue install Matlab dan Python, dan menyadari bahwa kedua makhluk itu sama sekali tidak friendly sama gue, *atau gue yang ga bisa pedekate?* maka gue frustasi. Guys, bayangkan! Gue mengusir software kesayangan gue demi mendekati software – software yang begitu dingin dan gak bisa nge-blend sama kepribadian gueee! Mati aja udah, matilah kaaauuuu

Hingga akhirnya Judgement day tiba. Beruntung Fiskom hari ini Cuma 50 menit. Ivan dengan jumawanya maju ke depan mencas-cis-cuskan program dia yang buat gue ‘it’s so complicated’. Sukses, dia sukses bikin gue melongo, putus asa, dan jiwa serta pikiran gue udah ga berada pada tempatnya lagi, menerawang bahwa hidup ini terasa begitu sulit, hanya karena gue menginstall software yang ga gue banget.

Yang gue inget dari kuliah Fiskom hari ini cuma pas dosennya bilang,
“Kalian jangan anggap tugas ini sebagai kewajiban, kalian harus ngejar ‘bisa’ kalau mau maju.”
Hahaha.. iya pak, BISA kok, BISA MENUNAIKAN KEWAJIBAN. Huhuhuhuuu #SADbutTRUE

Yah inilah sekelumit dari kisah – kisah dramatis gue dalam dunia mahanya para siswa. Gue selalu bahagia dengan ke-frustasi-an ini. Mungkin ini letak dinamikanya ya. (Gue mencoba menghibur diri guuyyss, hiks). Tolong doakan saja temanmu ini, sedang merintis juang dalam remang yang tak nampak ujungnya.

-27 Februari 2015-