Tidak ada yang benar-benar bebas
di dunia ini. Jika ada, maka hancurlah segala elemen yang termasuk di dalamnya.
Yah, setidaknya itulah yang saya pikirkan beberapa akhir ini. Aneh ya ? Tidak
bagi saya, karena kenyataannya berkata seperti itu.
“Akhirnya saya bebas dari
Penjara.” Seorang mantan narapidana dengan ringannya berkata seperti itu. Dia
tidak bebas. Baiklah dia keluar dari penjara, tapi kemudian dia memasuki dunia
yang lebih kuat aturannya. Lebih kuat daya pengikatnya. Dunia yang begitu ketat
persaingannya. Dimana jika dia membebaskan diri untuk tidak terikat pada
aturan, maka dia akan habis dan dikucilkan.
“LOMBA MENULIS CERPEN DENGAN TEMA BEBAS –
SYARAT TIDAK MENGANDUNG UNSUR SARA DAN PORNOGRAFI” Lalu, jika saya ingin
menulis cerpen dengan tema SARA, apakah masih diizinkan mengikuti lomba
mengingat temanya adalah tema BEBAS?
Kadang rasanya kesal ketika
menerima sms yang berbunyi seperti ini,
‘Acara besok dimulai pukul 10.00
WIB. Dress Code bebas’
Dengan serius, saya jawab seperti
ini, ‘Pakai baju tidur boleh ?’
Terus dibales sama si dia ‘Yang
bener aja.. acara penting coooy’
‘Katanya DC bebas?’
‘……’
Manusia bahkan pada dasarnya
bukanlah makhluk yang bebas. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain, terikat oleh orang lain. Jika manusia bebas, maka hancurlah jiwanya
kemudian raganya.
Dahan – dahan pohon yang terlepas
dari pohonnya, terbebas dari sistem kehidupan pohon, kemudian tergeletak di
tanah begitu saja tanpa tahu nasibnya di kemudian waktu. Manusia, yang
mendeklarasikan kebebasannya dari aturan dalam kehidupan ini, dapatkah ia
membayangkan kehidupannya di masa depan?
Saya tidak kuliah, tidak sekolah,
tidak bekerja, tidak hidup di rumah, saya bebas. Saya ingin hidup di alam
bebas. Karena saya akan bebas dari aturan di kota ini.
Tidak pernahkah anda memahami
hukum rimba yang memiliki aturan yang hanya satu itu, “Siapa yang kuat, dia
yang menang”. Masihkah asnda bebas di alam bebas ?
Aturan, norma, tata tertib,
adalah benda-benda yang bermanfaat untuk meniadakan kebebasan.
Mengapa peraturan diadakan?
Karena untuk mengekang kebebasan. Anda tidak bisa sebebasnya mengenakan baju
apapun ketika anda hendak pergi. Anda tidak bisa mengemudi mobil pada kecepatan
yang anda bebas tentukan. Anda tidak bisa bebas makan apa saja. Bahkan
liberalisme adalah sebuah aturan, karena ia adalah paham yang mengikat
penganutnya untuk selalu bertindak ‘semau gue’. Anda tidak bisa berfikir bahwa
setelah anda mati nanti, anda akan bebas dari dunia ini. Tidak semudah itu.
Bagi yang mempercayainya, setelah mati, anda akan memasuki dunia lain yang juga
memiliki aturan, untuk meniadakan kebebasan anda.
Lalu bagaimana dengan ketenangan
hati ? Itu bukan berkaitan dengan kebebasan, tapi berkaitan dengan kepatuhan
manusia pada suatu aturan. Jika patuh dan tidak melanggar, maka hati akan
tenang. Jika mendobrak aturan, jantung berdetak ketar-ketir karena takut. Takut
akan penghakiman.
Kebebasan tidak ada. Kebebasan
bukanlah paham. Bukanlah seni. Bukanlah jalan hidup. Kebebasan itu tidak
ada.