Kau katakan padaku.
Dengan raut muka yang
usang.
Dengan bibir bergetar
yang malang.
Kata kau, kau kuat,
sanggup, dan bertahan.
Tapi kata ku, kau
rapuh, lemah, dan sekarat.
Begitulah fatamorgana.
Terlena sudah kau
pada agungnya kursi yang kau duduki kini.
Tanpa tahu bahwa
sesungguhnya kau telah nyaris tak bernyawa.
Dunia ini hanya
sementara.
Tapi kau dengan sial
ingin hidup selamanya.
Apa memang kau si
raja dusta ?
Atau bos dari para
pemboikot ?
Dan memutuskan secara
sepihak,
Bahwa aku salah satu
korbanmu yang bergelimpang ?
Lalu dengan malangnya
ternyata aku menyimpan sayang.
Padamu yang kini semakin
pudar.
Tuhan, tuhan, tuhan.
Kau, bukan Tuhan.
Kau, tidak mengenal
Tuhan.
Kau, menyedihkan bagi
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar