Sabtu, 23 Maret 2013

From VINCI with LOVE


Leonardo Da Vinci lahir di kota Vinci, Italia pada tahun 1452. Ia adalah seorang arsitek, musisi, pelukis, pematung, ahli anatomi, ahli astronomi, dan ahli dalam membuatku hatiku jatuh cinta pada karyanya. *aseeek. Da Vinci adalah wujud nyata dari apa yang disebut sebagai ‘sesuatu yang nyaris sempurna’. Ia adalah seorang jenius yang memberikan banyak sumbangsih dalam berbagai hal. Ia adalah orang pertama yang menggambarkan sketsa konstruksi pesawat terbang. Namun, teknologi di zaman itu masih belum maju sehingga belum ada yang dapat mengembangkan sketsa Da Vinci tersebut. 

Salah satu karyanya yang berjudul The Vitruvian Man, adalah gambar tubuh seorang manusia yang tegak sambil merentangkan tangan. Da Vinci diketahui sangat suka mempelajari anatomi. Ia senang pergi malam-malam ke kuburan, membongkar kuburan orang yang gak dikenal, mengambil mayat dan kemudian mayatnya dibedah untuk mengetahui isi tubuh manusia. Konon, saking keponya terhadap anatomi manusia, seumur hidupnya Da Vinci sudah membedah 30 mayat. TIGA PULUH MAYAT! Lebih banyak daripada korban Rian si Tukang Jagal. Ckckck.

Tapi, Da Vinci bukan psikopat, bukan pula kolektor mayat, apalagi buaya darat *apaan ini*. Dia membedah mayat, bukan orang. Dan dia melakukan itu semua demi ilmu pengetahuan. Selain itu, ia ingin melukis tubuh manusia sedetail mungkin hingga menyerupai aslinya. Intinya, dia adalah orang yang gak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya.

Karyanya yang paling terkenal adalah Monalisa. Monalisa adalah gambar seorang wanita yang tengah tersenyum. Katanya eh katanya, wajah wanita itu adalah wajah Da Vinci sendiri tapi dipindah-genderkan. Ada pula yang bilang bahwa wanita di lukisan itu adalah istri seorang pedagang. Terlepas dari berbagai macam butiran debu (rumor maksudnya), Monalisa merupakan puncak atas segala kemampuan melukis Da Vinci. Ia melukis Monalisa dengan teknik tingkat tinggi dan sangat sulit yang bernama sfumato. Teknik ini membuat lukisan nampak terlihat berkabut dan agak mengabur. Selain itu, yang menonjol dari lukisan ini adalah pencahayaan dan detail gambar yang harmonis. Pokoknya, lukisan ini gak main-main pembuatannya. Wanita dalam lukisan itu tengah tersenyum dan senyum itu yang selalu menjadi cerita karena begitu misterius dan membuat penasaran yang melihatnya. Monalisa kini terpajang dengan manis di Museum Louvre, Paris. 

Andai aku ada di zaman dia hidup, dia pasti melukis wajah aku, gak bakalan Monalisa. Mungkin bakal begini deskripsinya.

Karyanya yang paling terkenal adalah Nonanisa. Nonanisa adalah lukisan bocah gadis yang lagi nyengir.  Katanya eh katanya, wajah bocah itu adalah wajah Da Vinci sendiri tapi dipindah-genderkan. Ada pula yang bilang bahwa bocah di lukisan itu adalah gadis hiperaktif yang salah masuk jurusan kuliah. Terlepas dari berbagai macam butiran debu (rumor maksudnya), Nonanisa merupakan puncak atas segala kemampuan melukis Da Vinci. Ia melukis Nonanisa dengan teknik tingkat tinggi dan sangat sulit yang bernama ABSTRAK. Teknik ini membuat lukisan nampak amat jauh berbeda dengan aslinya karena bertujuan untuk menyembunyikan bentuk asli objek lukisan *malang banget*. Selain itu, yang menonjol dari lukisan ini adalah pencahayaan dan detail gambar yang asimetris (?). Pokoknya, lukisan ini nggak main-main pembuatannya. Bocah di lukisan itu tengah nyengir dan cengirannya itu selalu menjadi bahan ejekan karena begitu konyol dan membuat stres orang yang melihatnya. Nonanisa kini terpajang dengan malang di kantor kepala Desa Bojong Kenyot, Antahberantah.

*deskripsi sadis*
Lanjut ke Vinci... 

Monalisa adalah lukisan yang paling terkenal, paling ingin dilihat, paling banyak dibuat lagu tentangnya, paling banyak dibuat karya sastra tentangnya, dan paling banyak karya parodinya. Monalisa adalah sebuah mahakarya. Karena itu segala tentangnya akan terus abadi sepanjang masa.   

Da Vinci adalah seorang Maestro. Dia menciptakan karyanya dengan sepenuh hati. Dia ingin karya yang dihasilkannya sangat indah dan mendekati aslinya. Salah satu tujuannya adalah Tuhan. Ia ingin berkarya dengan sempurna agar bahkan Tuhan pun bisa memuji karyanya. Dan prinsip itulah yang membuat keagungan karya-karyanya begitu tak ternilai.

Cinta. Da Vinci membuat segenap karyanya dengan cinta.

Cinta. Hanya itu bumbu paling tepat untuk membuat masakan enak, untuk membuat lagu yang merdu, untuk membuat puisi yang indah, untuk membuat lukisan yang agung, atau bahkan untuk membuat kehidupan ini menjadi penuh sukma. Aku sebagai bocah yang sedang berkembang menuju kedewasaan, ingin bisa memegang prinsip Da Vinci dalam setiap langkah perjuanganku. Melakukan segalanya sepenuh hati, gak setengah-setengah, kerja keras terus, dan tak lupa diiringi cinta. Karena hanya dengan memegang prinsip semacam itulah, segala yang aku lakukan gak akan sia-sia bahkan di mata Tuhan. Dilihat dari tipe jiwaku yang rada-rada gak ngerti kejamnya hidup, pasti awalnya semua akan sulit untuk diwujudkan. Tapi, aku berharap semua orang di sekelilingku bisa menjadi stimulan untuk bisa mendorongku menjadi lebih maju lagi.

From Vinci with Love, Do the best with Love.

Jumat, 15 Maret 2013

Ae Ea


Aku posting tulisan ini untuk seseorang yang dulunya hanya teman, tapi kini udah jadi salah satu saudari aku yang paling berharga. Namanya Ae atau Nuy atau Nurul atau Dwi atau apalah arti sebuah nama.

Dia belakangan ini jadi orang yang benar-benar inspiratif buat aku. Lebih tepatnya, orang yang galak banget buat aku. Emang sih akunya pantas digalakin. Soalnya aku lagi belagu banget, mentang-mentang masih awal semester, nyantai banget sama tugas. Baru inget tugas tuh H min beberapa jam. Kan kece tuh? Iya kece ributnya. Ribut nanyain anak-anak yang lain tugasnya kayak apa. Dan kalau mereka berbaik hati, mungkin mau memberi lihat tugasnya ke aku. Dan disinilah si Ae ini beraksi. Ngegampar aku dengan kata-kata sadisnya tentang tugas kuliah, ngerobek hatiku dengan cercaannya tentang nilai di transkrip, dan kalau mungkin, bisa memutilasiku dengan hardikannya tentang cinta *loh?. Iyaaa cinta orang tua kita yang telah membiayai kuliah anak-anaknya. Mikirnya pasti aneh-aneh.

Aku awalnya jujur rada sebel digalakin begitu. Karena sebelumnya belum pernah ada yang segalak itu ngingetin aku sama tugas kuliah. Mikirnya aku tuh, “nih orang mentang-mentang udah beres tugas, enak banget marah-marahin orang” *hehe maap ya ae*. Tapi emang ya anak songong macam aku ini bakal dapet akibatnya. Akhirnya, hidupku jadi gak tenang karena terus dikejar deadline tugas. Yang lain udah mulai belajar terstruktur, aku masih ricuh ngerjain tugas dosen. Jadinya, tiap di kelas aku jadi gak inget apa materi terakhir yang dosen kasih, jadinya gak sinkron dengan materi baru yang ada. Jadinya aku gak menemukan kemajuan di belajar aku. Jadinya aku galau. Hualah.  
Dan aku gak seneng dengan pola kuliah seperti itu. Itu bukan nyari ilmu namanya. Tapi nyari aman asal tugas beres semua. Yang kerasa cuma jadi robot yang tahu kata ini kata itu tapi gak tahu esensinya. *jiaaaah esensi !

Disaat bimbang, gundah dan gulana seperti itu, Ae datang dengan makiannya, dengan amukannya, yang di telinga aku serasa menjadi wejangan yang teramat ampuh. Iya bener banget kata-kata kamu Ae. Jangan sia-siain waktu. Bahwa kita adalah mahasiswa, bahwa kita sudah menjadi maha-nya para siswa, dan kita harus maha-hebat untuk menguasai medan tempat kita mencari ilmu.

Awalnya aku ga ngerti kenapa Ae sepeduli itu sama kuliah aku dan begitu keras untuk ngingetin aku akan belajar, yang bahkan aku dulu gak peduli sama tugas kuliah dia. Tapi aku emang gak mengerti apa yang telah dia alami, apa yang telah dia rasakan. Aku gak merasakan bagaimana dunia ini telah begitu tega menyalibnya dulu. *disalib? Buset.
Ae begitu menghargai waktu, karena dia tahu rasanya menunggu sekian waktu untuk bisa bertemu dengan aku dan anak-anak yang lain di kampus ini.
Ae begitu peduli sama aku sebagai kawannya, karena dia tahu rasanya kehilangan seperangkat orang-orang tempat dia dulu mencurahkan hampir separo hidupnya.

Dan sialnya, aku gak pernah ngerasain itu.
Maka sialnya, aku gak pernah menghargai Ae.

Dulu begitu. Karena aku gak tahu apa-apa.
Tapi setelah akhirnya kami telah cukup dekat, Ae menceritakan semuanya. Tentang masa SMA-nya, tentang pendidikannya, tentang sosialnya, tentang cintanya, dan banyak lagi. Bagaimanapun begitu berlika-liku masa lalu yang dia alami, satu hal yang paling menonjol dari keseluruhan cerita dramatis itu adalah : betapa dia begitu sabar melalui itu semua, hanya terus berjuang keras untuk menjadi lebih baik setiap harinya tanpa melihat bahwa dunia setiap hari mengecilkan dia.

Kalau aku jadi Ae, kalau aku yang mengalami itu semua, aku gak akan tinggal diam. Bakal aku mutilasi dan sobek-sobek orang-orang itu, bakal aku bakar semua orang-orang yang menghinaku, pokoknya gak akan aku biarkan mereka bernafas diatas kesengsaraanku! *kok aku sadis banget ya*

Itu yang gak aku ngerti dari Ae. Dia hanya sabar, berdo’a, dan bergerilya. Belajar terus, ibadah terus, dan tabah sampai akhir. Dan akhirnya Allah mengabulkan do’a-do’a dia, menurutku itu adalah suatu titik sakral dimana kesabaran seseorang telah lulus uji.

Suer, aku pengen nangis pas denger cerita hidupnya.
Gak ngerti. Gak nyangka. Gak paham. Gak gak gak.

Dan perasaan ini seketika subur dan ranum. Aku menyayangi dia. Aku seneng kalau Ae marah-marah sama aku, karena isinya emang ngingetin aku semua. Tapi jangan dimarah-marahin terus juga, serem tau. Hehe.

Aku ingin mendo’akan yang terbaik buat Ae. Semoga tercapai segala apa yang dia cita-citakan. Semoga Allah selalu melindunginya dalam mencapai itu semua, dan dia tetap berjalan di jalan yang Allah ridhoi. Harapan aku buat diriku sendiri, ga usah kayak Ae yang sering marahin orang, tapi cukup punya kesabaran kayak dia dalam menghadapi gundukan masalah. Karena ditempa dengan itulah, seseorang bisa melihat hidup dari sudut pandang yang lebih luas lagi. 

Dan terutama, aku berharap gak akan pernah kehilangan dia sebagai.. saudari, sahabat, kakak, tukang ngegebuk, tukang nyindir dan tukang ngasih makan. hehehe 
Love you Ae, more and more... :) 


Aku dan Ae 


Rabu, 13 Maret 2013

Hitam, Putih, Warna-Warni: Nasib Pemuja Rahasia Bag.2

Hitam, Putih, Warna-Warni: Nasib Pemuja Rahasia Bag.2: 2 Maret 2013, Pukul 19:00 WIG (Waktu Indonesia bagian Galau) Sabtu malam ini adalah malam paling kontradiksi antara gue dan Adil. Gue ...