Jumat, 15 Maret 2013

Ae Ea


Aku posting tulisan ini untuk seseorang yang dulunya hanya teman, tapi kini udah jadi salah satu saudari aku yang paling berharga. Namanya Ae atau Nuy atau Nurul atau Dwi atau apalah arti sebuah nama.

Dia belakangan ini jadi orang yang benar-benar inspiratif buat aku. Lebih tepatnya, orang yang galak banget buat aku. Emang sih akunya pantas digalakin. Soalnya aku lagi belagu banget, mentang-mentang masih awal semester, nyantai banget sama tugas. Baru inget tugas tuh H min beberapa jam. Kan kece tuh? Iya kece ributnya. Ribut nanyain anak-anak yang lain tugasnya kayak apa. Dan kalau mereka berbaik hati, mungkin mau memberi lihat tugasnya ke aku. Dan disinilah si Ae ini beraksi. Ngegampar aku dengan kata-kata sadisnya tentang tugas kuliah, ngerobek hatiku dengan cercaannya tentang nilai di transkrip, dan kalau mungkin, bisa memutilasiku dengan hardikannya tentang cinta *loh?. Iyaaa cinta orang tua kita yang telah membiayai kuliah anak-anaknya. Mikirnya pasti aneh-aneh.

Aku awalnya jujur rada sebel digalakin begitu. Karena sebelumnya belum pernah ada yang segalak itu ngingetin aku sama tugas kuliah. Mikirnya aku tuh, “nih orang mentang-mentang udah beres tugas, enak banget marah-marahin orang” *hehe maap ya ae*. Tapi emang ya anak songong macam aku ini bakal dapet akibatnya. Akhirnya, hidupku jadi gak tenang karena terus dikejar deadline tugas. Yang lain udah mulai belajar terstruktur, aku masih ricuh ngerjain tugas dosen. Jadinya, tiap di kelas aku jadi gak inget apa materi terakhir yang dosen kasih, jadinya gak sinkron dengan materi baru yang ada. Jadinya aku gak menemukan kemajuan di belajar aku. Jadinya aku galau. Hualah.  
Dan aku gak seneng dengan pola kuliah seperti itu. Itu bukan nyari ilmu namanya. Tapi nyari aman asal tugas beres semua. Yang kerasa cuma jadi robot yang tahu kata ini kata itu tapi gak tahu esensinya. *jiaaaah esensi !

Disaat bimbang, gundah dan gulana seperti itu, Ae datang dengan makiannya, dengan amukannya, yang di telinga aku serasa menjadi wejangan yang teramat ampuh. Iya bener banget kata-kata kamu Ae. Jangan sia-siain waktu. Bahwa kita adalah mahasiswa, bahwa kita sudah menjadi maha-nya para siswa, dan kita harus maha-hebat untuk menguasai medan tempat kita mencari ilmu.

Awalnya aku ga ngerti kenapa Ae sepeduli itu sama kuliah aku dan begitu keras untuk ngingetin aku akan belajar, yang bahkan aku dulu gak peduli sama tugas kuliah dia. Tapi aku emang gak mengerti apa yang telah dia alami, apa yang telah dia rasakan. Aku gak merasakan bagaimana dunia ini telah begitu tega menyalibnya dulu. *disalib? Buset.
Ae begitu menghargai waktu, karena dia tahu rasanya menunggu sekian waktu untuk bisa bertemu dengan aku dan anak-anak yang lain di kampus ini.
Ae begitu peduli sama aku sebagai kawannya, karena dia tahu rasanya kehilangan seperangkat orang-orang tempat dia dulu mencurahkan hampir separo hidupnya.

Dan sialnya, aku gak pernah ngerasain itu.
Maka sialnya, aku gak pernah menghargai Ae.

Dulu begitu. Karena aku gak tahu apa-apa.
Tapi setelah akhirnya kami telah cukup dekat, Ae menceritakan semuanya. Tentang masa SMA-nya, tentang pendidikannya, tentang sosialnya, tentang cintanya, dan banyak lagi. Bagaimanapun begitu berlika-liku masa lalu yang dia alami, satu hal yang paling menonjol dari keseluruhan cerita dramatis itu adalah : betapa dia begitu sabar melalui itu semua, hanya terus berjuang keras untuk menjadi lebih baik setiap harinya tanpa melihat bahwa dunia setiap hari mengecilkan dia.

Kalau aku jadi Ae, kalau aku yang mengalami itu semua, aku gak akan tinggal diam. Bakal aku mutilasi dan sobek-sobek orang-orang itu, bakal aku bakar semua orang-orang yang menghinaku, pokoknya gak akan aku biarkan mereka bernafas diatas kesengsaraanku! *kok aku sadis banget ya*

Itu yang gak aku ngerti dari Ae. Dia hanya sabar, berdo’a, dan bergerilya. Belajar terus, ibadah terus, dan tabah sampai akhir. Dan akhirnya Allah mengabulkan do’a-do’a dia, menurutku itu adalah suatu titik sakral dimana kesabaran seseorang telah lulus uji.

Suer, aku pengen nangis pas denger cerita hidupnya.
Gak ngerti. Gak nyangka. Gak paham. Gak gak gak.

Dan perasaan ini seketika subur dan ranum. Aku menyayangi dia. Aku seneng kalau Ae marah-marah sama aku, karena isinya emang ngingetin aku semua. Tapi jangan dimarah-marahin terus juga, serem tau. Hehe.

Aku ingin mendo’akan yang terbaik buat Ae. Semoga tercapai segala apa yang dia cita-citakan. Semoga Allah selalu melindunginya dalam mencapai itu semua, dan dia tetap berjalan di jalan yang Allah ridhoi. Harapan aku buat diriku sendiri, ga usah kayak Ae yang sering marahin orang, tapi cukup punya kesabaran kayak dia dalam menghadapi gundukan masalah. Karena ditempa dengan itulah, seseorang bisa melihat hidup dari sudut pandang yang lebih luas lagi. 

Dan terutama, aku berharap gak akan pernah kehilangan dia sebagai.. saudari, sahabat, kakak, tukang ngegebuk, tukang nyindir dan tukang ngasih makan. hehehe 
Love you Ae, more and more... :) 


Aku dan Ae 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar