Selasa, 10 Maret 2015

Masih Lama ?


Kuliah Fiskom pagi ini, entah mengapa, menimbulkan semacam percik - percik api radikal dalam kepala gue. Dalam intermezzo awal, dosen gue itu menjelaskan mengenai sejarah fisika secara singkat. Dia membagi masa berdasarkan kemajuan ilmu fisika, khususnya mekanika (ilmu tentang gerak - gerak benda). Berikut ini gue buat skema penjelasan dari bapak dosen, ditambah dengan info dari mbah Google biar makin lengkap.

2400 SM - abad 16 > Batas antara dunia purba dengan lahirnya Fisika Klasik.
Abad 16 - Abad 17 > Masih jaman sesat penganut Geosentris.
Abad 17 - Abad 18 > Aktor : Galileo, Copernicus, Newton. Geng penganut heliosentris. Newton memformulasikan tiga hukum gerak paling termasyur (Meledaknya Fisika Klasik). Fisika klasik dianut para ilmuwan sampai akhirnya mereka menemukan bahwa fisika klasik tidak bisa diterapkan pada fenomena mikroskopik. Ketidakpuasan para ilmuwan terhadap pelayanan Fisika Klasik menyebabkan dirintisnya Fisika Modern.
Abad 18 - Abad 19 > Aktor : Einstein, Niels Bohr, Max Planck. Pelopor era Fisika Modern. Einstein dianggap sebagai ilmuwan terbesar Fisika dengan teori relativitasnya yang meramalkan adanya Theory of Everything yang lagi nge-hits di kalangan ilmuwan. Teori segalanya, ya menjelaskan segala-galanya semesta ini (lu bisa cari teori ini di internet. Hehe).



Nah, setelah belajar sejarah, seketika pikiran gue bergejolak.
Gue merasa ga setuju kalo Einstein adalah ilmuwan terbesar. Karena ternyata, sampai saat ini alam semesta masih hanya digambarkan dengan pendekatan - pendekatan yang ditentukan dari solusi analitik yang dibuat praktis. Bingung ye ? Contoh deh dari kuliah Fiskom pagi ini, saat dosennya jelasin tentang pendulum. Dia bilang kalo model matematis pendulum secara umumnya itu mengabaikan gesekan udara dan gaya luar sehingga persamaan yang diperoleh terbilang simpel. Kerumitan terjadi kalo lu masukin itu hambatan udara sama gaya eksternal. Belum lagi kalo lu iseng nambahin pengaruh ketinggian tempat dan suhu ruangan. Dalam hidup, lu ga bisa prediksi kapan ada gaya eksternal menghampiri lo, lu juga ga tau apakah gaya eksternal itu akan mendukung lo, atau melemahkan lo. Hidup itu ga simpel dan ga bisa lo prediksi. See ? Makanya, Fisika itu mudah kalo lu udah tahu rumitnya hidup. Sori2 jadi rada berfilosofi. Hehe

Gue tiba - tiba berpikir kalo mungkin saja Einstein adalah pembuka gerbang pendakiannya. Toh dia sebagai pelopor, maka penerus - penerusnya yang akan mendaki perjalanan selanjutnya. Gue yakin di masa depan akan lahir seorang ilmuwan terbesar (bener2 terbesar, forever ever after) yang dengan kejeniusannya dia akan mendekati puncak ilmu pengetahuan. (hanya mendekati, karena gue berpikir kalau Tuhan-lah yang ada di puncaknya)

Katanya, entah kata siapa, yang jelas gue pernah denger hal ini dari seseorang, semua ilmu pengetahuan di muka bumi ini akan mengerucut ke satu titik yang paling krusial, yaitu Tuhan.
Kayaknya bisa jadi iya. Yang gue yakini, semua fenomena alam di jagad raya ini merupakan rahasia Tuhan, karya Tuhan. Selama ini para ilmuwan berusaha memecahkan berbagai fenomena itu ke dalam persamaan matematis, pemodelan, simulasi, hanya untuk mengerti tentang ruang ini, asal muasal tempat mereka menjejak kaki, menghela nafas, dan akhirnya menuju ke satu tujuan, mengungkap Tuhan.

Terus, pikiran gue melayang ke pemikiran lain. Butuh waktu 18 Abad (itu pun sesudah masehi) untuk ilmuwan menemukan mekanika dalam atom, maka butuh berapa lama lagi untuk manusia berhasil menjelaskan semua fenomena alam ini dalam persamaan matematis yang real, sebenarnya, bukan pendekatan? Mungkinkah Tuhan membiarkan kiamat datang ketika manusia belum memahami alam ciptaanya? Mungkinkah Tuhan membiarkan kita semua binasa sedangkan rahasia - rahasianya masih mengerling meminta untuk diungkap? Mungkinkah kiamat masih lama?
Itu muara pemikiran saya. Mungkinkah kiamat masih lama?

Senin, 9 Maret 2015
204

3 komentar: