Senin, 02 Desember 2013

Palutungan's Circuit of Elf's Ranger #part1

Waaaah syudah lama tidak menulis catatan perjalanan lagi. Iya nih ah gara-gara sibuk sih .. hehehe (ngeles padahal gaada ide buat nulis hahaha),, tapi kenangan-kenangan semasa menjadi blogger yang ngaku-ngaku doang selalu terngiang-ngiang.. yowis berhubung kemarin-kemarin lagi banyak cerita, yuks kami kembali menyelami kismis (kisah-kisah miris) ini … huahahaha

Sekarang saya mao nyeritain perjalanan saya dan kawan-kawan ke Gunung Ceremai (lagi). Perjalanan ke Ceremai sebelumnya bisa dilihat di :

OUTDOOR GEAR #Part 1


Kalo yang kemarin kan lewat jalur Linggarjati, kalo yang sekarang lewat jalur Palutungan.
Pengen nyeritain dulu golok nya ya *prolog men

Jadi awalnya ini tim yang mau berangkat beranggotakan tujuh orang. Udah asik lah ya bakal rame di jalan dihiasi dengan para cucakrawa yang berisik semua dan selalu saling membongkar aib (lirik Winna lirik Faris). Personil awal tuh terdiri dari saya sendiri, Winna, Bima, Faris, Hafizh, Anton dan Ogi. Eh tiba-tiba Anton dengan kejinya membatalkan ikatan itu karena hubungan kami bertujuh tidak direstui ayahnya (baca : ga diijinin). Saya waktu itu sedih banget. Habisnya, alasan dia ga ikut karena mengatasnamakan orangtua sih. Ya saya karena ingin Anton jadi anak yang berbakti, tidak bisa berbuat apa-apa.

Udah oke2 aja dengan enam orang yang tersisa. Bima dan Faris sampe bela-belain majuin praktikum elektronika dan metode numerik demi ikut pendakian ini brooo.. padahal dua praktikum itu kan laporannya paling WOW. Wah salut banget sama mereka berdua. Saya udah makin semangat aja buat berangkat ngeliat mereka bela-belain gitu. 

Eh tapi akhirnya Faris membatalkan perjanjian. Praktikum elektronikanya ga bisa tergantikan. Maksudnya ga bisa dimajuin waktunya. Alhasil ternyata Faris lebih memilih praktikum yang cuma 1 SKS dibandingkan kekeluargaan kami yang ‘tidak-ternilai’ SKS. Dasar penguntit nilai, pengkhianat keluarga. -_- tapi ya gapapa lah yaa, Bima, Winna sama Ogi masih bisa menyemarakkan, atau lebih tepatnya memporak-porandakan suasana kok. Hehehe 

Oke akhirnya saya membesarkan jiwa dengan empat orang sisanya yang akan menjadi rekan perjuangan di Palutungan nanti. Pas hari H, tanggal 24 Oktober 2013, Pukul 18.30 WIB. Saya datang ke sekre dan tenyata kecuali saya, ga ada satupun dari 4 orang lainnya ada di sekre. Padahal kami mau agendain berangkat jam 9. Wah saya udah garuk-garuk perut, karena laper emang. Hehe

Iya saya garuk-garuk kepala juga, bingung. Bener-bener belum ngapa-ngapain. Saya aja belum packing barang pribadi. Aduh gimana ini..

Tapi ga lama, Anton datang dengan sayap malaikatnya, dan membantu menyiapkan logistik. Bima dan Winna juga datang akhirnya dan mulai ngumpulin logistik. Saya sibuk apaan ? Sibuk bikin rencana operasional perjalanan (ROP)! Baru dibikin pas hari H coba! Nggak bikin chaos gimana.. Bada Isya, Faris datang dan ikut bantuin. Hafizh juga lagi belanja logistik. Wah kami bener-bener very fast preparing!

OGI !

Ogi mana Ogi ??

Aku nelpon Ogi, dan ternyata dia lagi ngerjain tugas di dalam rumahnya yang nun jauh sana di Sumedang.
AAAAAAAAAAAAAAA !!!  Saya langsung heboh nelpon Ogi. Demi apapun, pertama kalinya itu saya nelpon operator lain di kala malam begini, kok keren banget ya ga peduli sama pulsa. Hahahaha

“Ogi, Ogi dimanaaa!??” Kata saya excited. Panik lebih tepatnya. Bukan panik mikirin Ogi ikut atau nggak, tapi panik mikirin pulsanya cukup apa enggak

“Di rumah dil, lagi ngerjain tugas. Kalau udah beres nanti kesana..” kata Ogi minta ditabok

Saya melototin jam dinding yang tergantung di Sekre. Pukul 22.15 WIB.

Ogi mau aku bunuh jam berapa!?

Pengennya saya jawab gitu. Tapi yang keluar malah,
“Ogi, mau beresin tugas jam berapa ? Kita udah mau berangkat.” Saya mulai pesimis.

“Ga tau, dil. Masih banyak yang belum selesai. Beberapa jam lagi mungkin.”

Fine. That’s the answer. You’ll not join us!

Aku bicarain masalah itu ke Kang Swach, dedengkot Caldera sekarang. Beliau ngasih saran untuk ijin ke Ogi untuk berangkat sekarang tanpa menunggu Ogi. Karena kalau kayak gini kan ga jelas jadinya mau berangkat jam berapa. Waaahh kacaunya udah kayak apaan dah. Semuanya panik, karena kucing sekre tiba-tiba hamil di luar nikah.

Semuanya panik. Saya mau gerogotin tembok saking geregetnya.

“Iya atuh.. sok aja berangkat. Maaf ya aku ga ikut… ” kata Ogi ketika saya telpon lagi akhirnya.
Ah, jadi empat sekawan. Tuhan, betapa aku lesu sekarang. Sepi banget dong jadinya ... Huhuhu 

Eh, Allah langsung ngasih jawaban.

“Dil, kang Imbar ikut.” Kata kang Swach.

Untuk beberapa saat, aku terdiam tak dapat berkata apa-apa.

Saya perkenalkan spesies yang barangkali baru muncul namanya di tulisan saya. Namanya Mohamad Imbar Fitriadi. Jenis langka yang hanya ditemukan di tempat-tempat ekstrim yang tidak ditinggali oleh alga dan jamur. Seorang Kang Imbar itu bisa mewakili empat orang. Beliau ini sangat tidak bisa diam baik mulutnya maupun tangannya. Orang yang sangat cekatan meski dalam hal ngebully orang. Ah, Ogi kenapa ga ikut. Karena Ogi satu-satunya yang dapat mematikan identitas kang Imbar sebagai seorang senior yang mesti dipanggil ‘Kang’. Wahahahaha besok Ceremai rameeee …
Karena itu pendakian kali ini, tim kami ada lima orang dengan tingkat kebisingan setara delapan orang! Alhamdulillah.. hahahaha
#paragraf ini khusus untuk kang Imbar hehe

Akhirnya, persiapan logistik beres. Siap-siap upacara pelepasan. Lisa juga pas upacara datang sambil dijemput Arli. Aduh, kangen banget sama si Ratu Danus ini. Wahai anda sekalian para pembaca, harus tahu bahwa di bawah manajemen danusnya, Lisa bisa menghasilkan 1.5 juta rupiah dalam waktu dua minggu! Keren banget dah mbok-mbok yang satu ini. Lisa ga bisa ikut pendakian karena dia harus megang kepanitiaan Blazture tanggal 26 Oktober 2013, yaaa dia jadi babunya Ipank yang kebetulan jadi guest star di Blazture.

Rivo ga dateng. Kecewa deh. Padahal dia salah satu tokoh kunci di angkatan kami. Kalau Winna didaulat sebagai ratu galau Caldera, Hafizh sebagai koordinator non-ngenges, Bima sebagai preman dari lembah kegundahan, Faris sebagai ketua perkumpulan playboy se-Bojong Kenyot, Arli sebagai ‘emang-emang tukang nyilet orang’, Anton sebagai Mas-mas kentang, Lisa sebagai money-source, Ogi sebagai jajaka se-arboretum, maka Rivo adalah ikon yang misterius. Kasarnya, dia ngasih nilai jual ke angkatan kami dengan misteri yang menyelubungi dia. Rivo bisa nutupin anjloknya IQ angkatan kami dengan sikap dia yang cool. Ah Rivo, udah lama ga ketemu. Kangen banget sama elu, broo :(

Setelah upacara yang berlalu dengan khidmat, kami berfoto terlebih dahulu. Ini nih, foto sebagian anggota keluarga Caldera Kema FMIPA Unpad :)

Atas, kir-kan (Lisa - Arli - Hafizh - Saya - Winna - Faris - Bima), Tengah, kir-kan (Kang Windo - Kang Imbar -   Teh Remi - Teh Nidia - Kang Antono), bawah, kir-kan (Kang Irdi - Kang Swach - Kang Ryan)

Kami berangkat. Yang nganterin kami sampe naek bus ada banyak. Kang Sandi, kang Antono, kang Ryan, Lisa, Arli, Faris. Anton lagi sakit jadi dia tidur di Sekre. Tapi saya yakin kok, dia pasti mendoakan kepergian kami dengan tangis yang setulus hati. J
Setelah menunggu bus lewat beberapa lama, kali ini kami beruntung karena beneran naik bus. Biasanya kan ada elf-elf ga jelas yang menjerumuskan kami dalam kenistaan saat membayar ongkosnya.

Jam 12 kurang lah yaa pas masuk bus tuh. Saya dan yang lain melambaikan tangan kepada teman-teman yang tidak ikut. Lambaian tanda “kasian deh lo” karena ga ikut lempar jumroh pas umroh nanti.
Apaan sih.


Lambaian tanda memohon, agar mereka terus mendoakan keselamatan kami di Ceremai entar. Amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar