Kamis, 05 Desember 2013

Palutungan's Circuit of Elf's Ranger #part2



Naik bus dari Jatinangor ke Cirebon ini dibanderol Rp 30.000,- per hidung. Aku sebagai pemegang kendali atas benda sakral bernama uang, maka langsung membayar ongkos bus ke si keneknya. Setelah membayar dan dapet tempat duduk yang nyaman, saya begitu duduk langsung tergeletak tak tertahan. Langsung tertidur dan  bener-bener jatuh dalam buaian malam menuju pagi.

“Cirebon! Cirebon!”

Kalo saya jago slam dunk, pengen banget ngelemparin sepatu ke kenek busnya. Berisik Broh.

Tapi hikmahnya, saya jadi bisa bangunin yang lain karena kami mau turun di terminal Cirebon. Hehehe, jadi …. tengkyu broh.

Pas bangunin Hafizh, aku tiba-tiba keingetan.

Bima, Winna, dan kang Imbar adalah pribadi-pribadi yang penuh dengan anomali atau penyimpangan. Saya sama Hafizh doang yang layak jadi orang normal.  Waah, berarti pendakian kali ini kami jadi kaum minoritas yang bisajadi tersisihkan, bahkan terbuang. Hal ini membahayakan tentunya. Kesungguhan hati saya akan diuji, sodara-sodara!

Saya ga akan menyerah untuk jadi orang paling waras dalam pendakian ini! Kata saya bertekad dalam hati.

Akhirnya tiba di Terminal Cirebon kira-kira jam setengah tiga pagi. kami langsung pake carrier dan istirahat sebentar di Alfamart deket terminal. Hafizh dan Bima langsung nyari Elf yang bisa menerbangkan kami ke Pos Palutungan. Saya, Winna dan Kang Imbar langsung terbujur kaku di teras Alfamart. Ibu-ibu yang kebetulan juga lagi ngaso di teras Alfamart menyapa kami.

“Mau naik gunung de?” tanyanya.
“Nggak bu, mau naik panggung.” Jawab saya. PENGENNYA. 

Ya kali, bu  kami bawa carrier dan pake sepatu gunung gini dianggap mau konser di Balai Sarbini?

“Iya, bu..” jawab Winna akhirnya.
“Anak saya yang kedua juga suka naik gunung. Tapi ga saya ijinin..” kata dia, curcol.

Ah. Jadi inget mamah. Mamah saya untung ngijinin untuk pendakian ini. Biasanya kagak, dan saya kalo minta ijin selalu dengan darah dan air mata. Nggak darah juga sih. Lebay aja itu mah. Hehehe

Mah, doain ya semoga putrimu ini bisa kembali dengan selamat.

“Hafizh sama Bima kok lama ya?” selidik kang Imbar. Waaah, berasa ditanya empat orang. Seperti kata saya sebelumnya. Seorang kang Imbar adalah sama dengan 4 orang. Ngeri kan ? Maka saya hanya mampu mengangkat bahu untuk mewakili jawaban “saya ga tau apa-apa, gatau apa-apa. Saya bodoh. Saya hanya partisipan disini. Bunuh saja saya.” -____- kebanyakan nonton film psikopat jadi kayak gini nih. 

Seorang cowo setengah tua alias mas-mas setengah abang-abang mendekati kami. Dari penampilannya, saya yakin dia belum pernah mandi pake tisu basah dan pasti profesinya adalah…

“Mas, mau ke mana?” Tanya dia ke kang Imbar.

Tentunya ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh.. Iyap! Pangeran elf! 

“Ke Palutungan.”
“Berapa orang?”
“Berapa hayooo … tebak dong, PUTRA!” pengen banget saya bercandain gitu. Tapi Winna keburu ngejawab,
“Lima, Mas.. ”
“Ikut saya aja, mas. 150 langsung berangkat.”

Waaaaah itu saya langsung sewot karena nganggarin buat ke Palutungan cuma seratus ribu.

“Gak mau, saya mau 100!” kata saya.
“Wah belum bisa… ”

Saya sama kang Imbar menghampiri sopirnya.

“Mas, 100 ya!” kata saya to the titik.
“Nggak!” kata sopirnya, ketus banget jir.

Saya kasih kode ke Kang Imbar untuk ninggalin aja bapak-bapak kayak gitu. Masih banyak bapak-bapak lain yang pasti lebih mau nerima kita apa adanya.

Ketika saya dan kang Imbar balik lagi ke teras Alfamart, Hafizh dan Bima udah ada dan melaporkan bahwa mereka belum nemuin jodohnya di terminal. Aish. Maksudnya, belum nemuin elf buat ngangkut kami ke Palutungan.

Ga berapa lama, si Kenek setengah tua itu nyamperin lagi.

“Mbak, 130 gimana?” katanya menawar.
“100 aja gimana.. ”
“Belum bisa mbak..”

Waktu merangkak ke pukul setengah 4. Saya mikir kalau kami juga harus segera istirahat di Palutungan. Takut pas naik gunungnya pada tepar entar.

“Yaudah 120 deh!” kata saya semi-bete.

Si Kenek berpikir sejenak, dan akhirnya dengan pasrah,

“Yaudah ayo.”

Haaahh!! Bete! Jebol 20ribu dari anggaran semula. 20 ribu tuh lumayan buat beli lauk makan buat di gunung entar tau!! Karena bete sama kenek plus sopirnya, saya pas duduk di elf langsung tidur lagi. Gamau denger suara sopir ama keneknya. Huh rese.

Sekitar jam setengah limaan saya bangun. Saya celingak-celinguk berasa ada di Lost World, karena sekeliling gelap dan kayak gaada peradaban. Gaada penerangan dari rumah warga sama sekali. Ternyata sopirnya kejauhan nganterin kami.

“Pak, kejauhan. Posnya udah kelewat..Muter lagi aja pak!” kata Kang Imbar.

Dikeroyok sama suara empat orang gitu, si sopirnya langsung putar balik. Hahaha, kang Imbar the best.

Menit-menit berlalu, akhirnya elf berhenti di tepat yang tempat. Kami semua turun dengan bahagia. Sopirnya dengan berbaik hati memberikan nomor hapenya kalau-kalau saat kami mau pulang, kami butuh dia lagi. Ah bilang aja mau dimodusin sama Bima ya, Pak. Hehehe

Pos pendaftarannya sepi gaada orang, tapi untung lampunya nyala. Ada sofa yang empuk juga disana. kami nyampe disini pukul 04.45 lah yaa. Saya segera ganti baju lapangan, dan siap-siap solat. Airnya dingin banget bre. Tapi seger banget.. Alhamdulillah..

Pukul 05.30 saya ama Winna bergerak cari makan. Ada warung kecil di deket pos pendaftaran yang bisa bikinin kami sarapan sekaligus makan siang buat di Gunung entar dengan banderol harga Rp 80.000,-. Lengkap udah dikasih nasi sebaskom (kayaknya), telor ceplok 10 ekor, tempe bacem, capcay sayur gitu, pokonya puas... Terus setelah sarapan dan daftar, kami siap berangkat pukul 07.00 teng. Ini nih, suasana pagi di Palutungan ..



Matahari paginya cerah banget, tapi puncak gunungnya ketutup sama kabut. Wah pesimis deh buat summit besok. Huhu..
Oh iya ini nih ranger-ranger Palutungan kali ini, dengan Kang Imbar sebagai tukang fotonya.. kami kasih nama tim pendakian untuk kali ini Elf’s Ranger aja ya. Karena kami adalah orang-orang yang memperjuangkan ongkos murah dengan Elf! Hehehe

Kir-kan (Winna – saya – Hafizh – Bima)

Perjalanan dimulai dan saya jadi danlap hari ini. *pas nulis bagian ini, deg-deg banget saking bangganya. Hehe

Kiri kanan.. Kulihat saja, banyak tanaman survival..

Si Bima nyanyi maksa banget dah. Tapi emang sih. Kiri kanan kami gaada pohon cemara. Adanya kebun bawang daun, sawah, kebun jagung. Sinar mataharinya ga tau kenapa ramah banget pagi itu. hangaaaat banget, dan membawa kebahagiaan bagi sekalian umat.
Oh iya, belum cerita tujuan pendakian kami kali ini. kami ke Ceremai ini mau mendata keberadaan jamur di tiap pos pada jalur Palutungan untuk nanti dibuatkan pemetaannya. Pas nyampe di Pos pertama penelitian sekitar jam 07.30 WIB, kami langsung memulai penelitian dengan alokasi waktu 30 menit. Mencari jamur dan mendata ciri-ciri fisiknya di area yang kami tandai. Ini jamur yang kami temui di Pos pertama penelitian.






Setelah mendata fisik jamur tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke Pos Cigowong pada pukul 08.10 WIB. Medan ke Cigowong masih landai bahkan di beberapa bagian malah kayak turun gunung. Alhasil, perjalanan pun lama dan logikanya pasti bikin down kan... Tapi, Elf’s Ranger punya cara kece untuk menyemangati diri. Kami bikin konser dengan meng-cover lagu Bruno Mars, Locked Out of Heaven tapi khusus dipersembahkan buat Pos Cigowong.
Di bagian reffnya..

Cause you make me feel like, I’ve been locked out of heaven
Cigouwouwouwoooong.. Cigouwouwouwoooong…

Hahahahahaa.,, sumpah keren banget Broh! Ga kalah lah Elf’s Ranger sama Elfa’s Singer. Bobrokan kami soalnya, Heheh.. ini adalah konser kami yang didedikasikan untuk pos Cigowong yang telah membuat kami serasa locked out of heaven but locked in of hell. Hahahahaha …

Setelah konser tak habis-habis yang memboringkan (karena yang dinyanyiin emang reff nya doang. Hahaha )….

AKHIRNYAH! NYAMPEH DI CIGOWONG SODARAH SODARAH!!

Waah, si Bima langsung buka kemeja lapangannya yang banjir keringat. kami nyampe di Pos Cigowong pukul 10.00 Teng! Disini ada sungai yang airnya keren banget jernihnya. Elf’s Ranger minus kang Imbar segera mengisi kompan dengan air. Saya dan Winna ke atas duluan, Bima sama Hafizh entah kenapa nyusul 10 menit kemudian (pasti pada mandi kembang dulu -_- ). kami segera melakukan penelitian hingga pukul 11.00 WIB. Ini gambar salah satu jamur yang ditemukan di Pos Cigowong.
Di pos ini kami nemuin 3 jamur dengan alokasi waktu 30 menit di area yang telah ditandai. Perjalanan dilanjutkan pada pukul 11.05 teng dan kami menuju ke Pos Kuta. Berdasarkan pengalaman salah seorang teman saya, perjalanan dari Pos Cigowong ke Pos Kuta sekitar dua jam. Tapi 30 menit kemudian, kami berdiri di depan plang kuning yang bertuliskan

POS KUTA

How Surprising! Walah! kami lewat mesin waktukah sehingga secepat ini. Atau temanku yang salah? Tapi kata Bima emang aneh juga ke Kuta cuma setengah jam. Yaudah lah yaa.. jadi ga ngaret kok ke ROPnya. Heheheh
Di Pos ini kami melakukan penelitian dan ISHOMA. Kang imbar disini inisiatif jadi barista dengan membuatkan teh (barista bikin teh?) saat kami melakukan penelitian. Ah terbukti kan dia emang ga bisa diem. 

Perjalanan dilanjutkan pukul 13.00 WIB dan lanjut ke Pos Pangguyangan Badak. Perjalanan ke Pos Pangguyangan Badak gak memerlukan waktu lama karena hanya ditempuh dalam waktu 35 menit. Niat mulanya mau ngadain penelitian disini. Tapi karena kami ngejar Pos Pasanggrahan sebagai lokasi camp, maka kami skip sementara penelitian di Pangguyangan Badak. Perjalanan pun dilanjutkan ke Pos Arban. Nah selama perjalanan disini, kondisi Winna mulai gak fit. Dia mengaku jarang olahraga dan hari itu adalah hari kedua dia didatengin sama bulan. Oh my God. Winna keren banget. Neil Armstrong jauh-jauh ngorbanin nyawa buat ngedatengin bulan, lah Winna tinggal nunggu didatengin Bulan.

BLETAK. Dijitak Winna. Okeh-okeh...

Alhasil, kecepatan jalan Winna pun melambat. kami, personil Elf’s Ranger lainnya terus menyemangati Winna. Setidaknya Winna jadi sanggup terus berjalan.  Saya sepanjang jalan nyanyi terus buat ngasih semangat ke yang lain. Selain itu, emang untuk memamerkan suara saya yang keren. Yaa, sekali mendayung, dua pulau terhancurkan lah. Kenapa hancur ? Karena  semenjak saya nyanyi, jalanna Winna jadi lebih melambat. Barangkali down denger suara saya bagus jadinya dia minder atau down karena suara saya bikin saraf telinga dia sakit? Kayaknya alasan yang pertama deh. Iya bener yang pertama.*maksa  

Nyampe di Pos Arban pukul 14.45 teng. Disini Winna sempat mengibarkan bendera putih dan mohon ke saya untuk camp di Arban saja. Saya jadinya gundah gulana. Besok pagi summit kami bisa jauh banget treknya kalo nge-camp di Arban. Pasanggrahan masih beberapa ratus mdpl lagi, tapi Winna udah ga kuat. Dan kalo ngejar Pasanggrahan juga, takutnya keburu malam dan ga kondusif buat bikin camp.
Ditengah berbagai kebingungan tersebut, kang Imbar tiba-tiba mengalami anomali.

“Yaudah tim dibagi dua aja. Bima sama Hafizh duluan ke Pasanggrahan, tapi jalannya ngebut biar bisa ngejar bikin camp craft disana. Akang sama Adil nemenin Winna jalan. Jadi pas nyampe di Pasanggrahan, camp craft udah jadi.. ” kata kang Imbar dengan muka datar seolah-olah dia tidak merasa bahwa apa yang baru keluar dari mulutnya itu adalah solusi yang paling terang untuk saat ini. Anomali banget kan? Tumben kang Imbar pinter. Hehehe

Kami semua setuju. Maka terjadi pertukaran logistik disini. Bima dan Hafizh membawa logistik untuk camp. Mereka berangkat duluan pukul 15.00 teng. Saya, Winna dan Kang Imbar berdiam dulu di Arban untuk merenungi segala hal yang terjadi diantara hubungan segitiga ini. -__-

“Yuk berangkat.”

kami melanjutkan perjalanan pada pukul 15.15 teng. Karena camp craft udah diurus sama Bima dan Hafizh, saya dan para antek-antek jalannya jadi lebih santai. Hehehe, ngobrol ngalor-ngidul sama kang Imbar tapi si Winna tetap membisu. Sombong banget dah dia kagak mau gabung ngobrol mentang-mentang tas carriernya baru. Saya pancing-pancing ngobrol pake kartu asnya dia, eh cuma nyengir dikit dia. Entah pas dimana, kaki Winna terkilir.  Aduh, ngilu liatnya bre, pas kang Imbar muter-muterin telapak kaki Winna, saya  takut denger suara gesekan tulang atau apapun itu. Akhirnya saya malah teriak-teriak manggil Bima dan Hafizh. Gaada jawaban. Suara saya menggema hanya disahut oleh kesunyian.

“Aaaww” jerit Winna.

Beginilah kuatnya kekeluargaan diantara kami. Bima dan Hafizh belum menyahut, maka Winna yang mewakilkan untuk menyahut.

BLETAK (lagi) dijitak kang Imbar.
Iya kang saya diam.

Plis Tuhan.... Lindungi kami semua... Saya berdoa dalam hati. Ga tega liat si Winna apes kayak gitu.  Tapi alhamdulillah Winna masih bisa jalan. Setelah Winna diberikan motivasi, maka kami melanjutkan perjalanan. Di jalan, saya terus teriak-teriak manggil Bima dan Hafizh. Terus menerus... Berharap ada jawaban, hingga akhirnya......

2 komentar:

  1. Hahahaha seru bacanya....can't wait for another posting.

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh teteh, postingan lainnya sedang dalam proses editing teh.. hehehhee :)

      Hapus