Aku
posting tulisan ini untuk seseorang yang dulunya hanya teman, tapi kini udah
jadi salah satu saudari aku yang paling berharga. Namanya Ae atau Nuy atau Nurul
atau Dwi atau apalah arti sebuah nama.
Dia
belakangan ini jadi orang yang benar-benar inspiratif buat aku. Lebih tepatnya,
orang yang galak banget buat aku. Emang sih akunya pantas digalakin. Soalnya aku
lagi belagu banget, mentang-mentang masih awal semester, nyantai banget sama
tugas. Baru inget tugas tuh H min beberapa jam. Kan kece tuh? Iya kece
ributnya. Ribut nanyain anak-anak yang lain tugasnya kayak apa. Dan kalau
mereka berbaik hati, mungkin mau memberi lihat tugasnya ke aku. Dan disinilah
si Ae ini beraksi. Ngegampar aku dengan kata-kata sadisnya tentang tugas kuliah,
ngerobek hatiku dengan cercaannya tentang nilai di transkrip, dan kalau
mungkin, bisa memutilasiku dengan hardikannya tentang cinta *loh?. Iyaaa cinta
orang tua kita yang telah membiayai kuliah anak-anaknya. Mikirnya pasti
aneh-aneh.
Aku
awalnya jujur rada sebel digalakin begitu. Karena sebelumnya belum pernah ada
yang segalak itu ngingetin aku sama tugas kuliah. Mikirnya aku tuh, “nih orang
mentang-mentang udah beres tugas, enak banget marah-marahin orang” *hehe maap
ya ae*. Tapi emang ya anak songong macam aku ini bakal dapet akibatnya. Akhirnya,
hidupku jadi gak tenang karena terus dikejar deadline tugas. Yang lain udah
mulai belajar terstruktur, aku masih ricuh ngerjain tugas dosen. Jadinya, tiap
di kelas aku jadi gak inget apa materi terakhir yang dosen kasih, jadinya gak
sinkron dengan materi baru yang ada. Jadinya aku gak menemukan kemajuan di
belajar aku. Jadinya aku galau. Hualah.
Dan
aku gak seneng dengan pola kuliah seperti itu. Itu bukan nyari ilmu namanya. Tapi
nyari aman asal tugas beres semua. Yang kerasa cuma jadi robot yang tahu kata
ini kata itu tapi gak tahu esensinya. *jiaaaah esensi !
Disaat
bimbang, gundah dan gulana seperti itu, Ae datang dengan makiannya, dengan
amukannya, yang di telinga aku serasa menjadi wejangan yang teramat ampuh. Iya bener
banget kata-kata kamu Ae. Jangan sia-siain waktu. Bahwa kita adalah mahasiswa,
bahwa kita sudah menjadi maha-nya para siswa, dan kita harus maha-hebat untuk
menguasai medan tempat kita mencari ilmu.
Awalnya
aku ga ngerti kenapa Ae sepeduli itu sama kuliah aku dan begitu keras untuk
ngingetin aku akan belajar, yang bahkan aku dulu gak peduli sama tugas kuliah
dia. Tapi aku emang gak mengerti apa yang telah dia alami, apa yang telah dia
rasakan. Aku gak merasakan bagaimana dunia ini telah begitu tega menyalibnya
dulu. *disalib? Buset.
Ae
begitu menghargai waktu, karena dia tahu rasanya menunggu sekian waktu untuk
bisa bertemu dengan aku dan anak-anak yang lain di kampus ini.
Ae
begitu peduli sama aku sebagai kawannya, karena dia tahu rasanya kehilangan
seperangkat orang-orang tempat dia dulu mencurahkan hampir separo hidupnya.
Dan
sialnya, aku gak pernah ngerasain itu.
Maka
sialnya, aku gak pernah menghargai Ae.
Dulu
begitu. Karena aku gak tahu apa-apa.
Tapi
setelah akhirnya kami telah cukup dekat, Ae menceritakan semuanya. Tentang masa
SMA-nya, tentang pendidikannya, tentang sosialnya, tentang cintanya, dan banyak
lagi. Bagaimanapun begitu berlika-liku masa lalu yang dia alami, satu hal yang
paling menonjol dari keseluruhan cerita dramatis itu adalah : betapa dia begitu
sabar melalui itu semua, hanya terus berjuang keras untuk menjadi lebih baik
setiap harinya tanpa melihat bahwa dunia setiap hari mengecilkan dia.
Kalau
aku jadi Ae, kalau aku yang mengalami itu semua, aku gak akan tinggal diam. Bakal
aku mutilasi dan sobek-sobek orang-orang itu, bakal aku bakar semua orang-orang
yang menghinaku, pokoknya gak akan aku biarkan mereka bernafas diatas
kesengsaraanku! *kok aku sadis banget ya*
Itu
yang gak aku ngerti dari Ae. Dia hanya sabar, berdo’a, dan bergerilya. Belajar terus,
ibadah terus, dan tabah sampai akhir. Dan akhirnya Allah mengabulkan do’a-do’a
dia, menurutku itu adalah suatu titik sakral dimana kesabaran seseorang telah
lulus uji.
Suer,
aku pengen nangis pas denger cerita hidupnya.
Gak
ngerti. Gak nyangka. Gak paham. Gak gak gak.
Dan
perasaan ini seketika subur dan ranum. Aku menyayangi dia. Aku seneng kalau Ae
marah-marah sama aku, karena isinya emang ngingetin aku semua. Tapi jangan
dimarah-marahin terus juga, serem tau. Hehe.
Aku
ingin mendo’akan yang terbaik buat Ae. Semoga tercapai segala apa yang dia
cita-citakan. Semoga Allah selalu melindunginya dalam mencapai itu semua, dan
dia tetap berjalan di jalan yang Allah ridhoi. Harapan aku buat diriku sendiri,
ga usah kayak Ae yang sering marahin orang, tapi cukup punya kesabaran kayak
dia dalam menghadapi gundukan masalah. Karena ditempa dengan itulah, seseorang
bisa melihat hidup dari sudut pandang yang lebih luas lagi.
Dan terutama, aku berharap gak akan pernah kehilangan dia sebagai.. saudari, sahabat, kakak, tukang ngegebuk, tukang nyindir dan tukang ngasih makan. hehehe
Love you Ae, more and more... :)
Aku dan Ae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar