Leonardo Da Vinci lahir di kota Vinci, Italia pada
tahun 1452. Ia adalah seorang arsitek, musisi, pelukis, pematung, ahli anatomi,
ahli astronomi, dan ahli dalam membuatku hatiku jatuh cinta pada karyanya.
*aseeek. Da Vinci adalah wujud nyata dari apa yang disebut sebagai ‘sesuatu
yang nyaris sempurna’. Ia adalah seorang jenius yang memberikan banyak
sumbangsih dalam berbagai hal. Ia adalah orang pertama yang menggambarkan
sketsa konstruksi pesawat terbang. Namun, teknologi di zaman itu masih belum
maju sehingga belum ada yang dapat mengembangkan sketsa Da Vinci tersebut.
Salah satu karyanya yang berjudul The Vitruvian Man, adalah gambar tubuh
seorang manusia yang tegak sambil merentangkan tangan. Da Vinci diketahui
sangat suka mempelajari anatomi. Ia senang pergi malam-malam ke kuburan,
membongkar kuburan orang yang gak dikenal, mengambil mayat dan kemudian
mayatnya dibedah untuk mengetahui isi tubuh manusia. Konon, saking keponya
terhadap anatomi manusia, seumur hidupnya Da Vinci sudah membedah 30 mayat. TIGA
PULUH MAYAT! Lebih banyak daripada korban Rian si Tukang Jagal. Ckckck.
Tapi, Da Vinci bukan psikopat, bukan pula kolektor
mayat, apalagi buaya darat *apaan ini*. Dia membedah mayat, bukan orang. Dan
dia melakukan itu semua demi ilmu pengetahuan. Selain itu, ia ingin melukis
tubuh manusia sedetail mungkin hingga menyerupai aslinya. Intinya, dia adalah
orang yang gak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya.
Karyanya yang paling terkenal adalah Monalisa. Monalisa adalah gambar
seorang wanita yang tengah tersenyum. Katanya eh katanya, wajah wanita itu
adalah wajah Da Vinci sendiri tapi dipindah-genderkan. Ada pula yang bilang
bahwa wanita di lukisan itu adalah istri seorang pedagang. Terlepas
dari berbagai macam butiran debu (rumor maksudnya), Monalisa merupakan puncak
atas segala kemampuan melukis Da Vinci. Ia melukis Monalisa dengan teknik
tingkat tinggi dan sangat sulit yang bernama sfumato. Teknik ini membuat
lukisan nampak terlihat berkabut dan agak mengabur. Selain itu, yang menonjol dari
lukisan ini adalah pencahayaan dan detail gambar yang harmonis. Pokoknya,
lukisan ini gak main-main pembuatannya. Wanita dalam lukisan itu tengah
tersenyum dan senyum itu yang selalu menjadi cerita karena begitu misterius
dan membuat penasaran yang melihatnya. Monalisa kini terpajang dengan manis di
Museum Louvre, Paris.
Andai aku ada di zaman dia hidup, dia pasti melukis
wajah aku, gak bakalan Monalisa. Mungkin bakal begini deskripsinya.
Karyanya yang paling terkenal adalah Nonanisa. Nonanisa adalah lukisan
bocah gadis yang lagi nyengir. Katanya
eh katanya, wajah bocah itu adalah wajah Da Vinci sendiri tapi
dipindah-genderkan. Ada pula yang bilang bahwa bocah di lukisan itu adalah
gadis hiperaktif yang salah masuk jurusan kuliah. Terlepas dari berbagai macam
butiran debu (rumor maksudnya), Nonanisa merupakan puncak atas segala kemampuan
melukis Da Vinci. Ia melukis Nonanisa dengan teknik tingkat tinggi dan sangat
sulit yang bernama ABSTRAK. Teknik ini membuat lukisan nampak amat jauh berbeda
dengan aslinya karena bertujuan untuk menyembunyikan bentuk asli objek lukisan
*malang banget*. Selain itu, yang menonjol dari lukisan ini adalah pencahayaan
dan detail gambar yang asimetris (?). Pokoknya, lukisan ini nggak main-main
pembuatannya. Bocah di lukisan itu tengah nyengir dan cengirannya itu selalu
menjadi bahan ejekan karena begitu konyol dan membuat stres orang yang
melihatnya. Nonanisa kini terpajang dengan malang di kantor kepala Desa Bojong
Kenyot, Antahberantah.
*deskripsi sadis*
Lanjut ke Vinci...
Monalisa adalah lukisan yang paling terkenal,
paling ingin dilihat, paling banyak dibuat lagu tentangnya, paling banyak
dibuat karya sastra tentangnya, dan paling banyak karya parodinya. Monalisa
adalah sebuah mahakarya. Karena itu segala tentangnya akan terus abadi
sepanjang masa.
Da Vinci adalah seorang Maestro. Dia menciptakan
karyanya dengan sepenuh hati. Dia ingin karya yang dihasilkannya sangat indah
dan mendekati aslinya. Salah satu tujuannya adalah Tuhan. Ia ingin berkarya dengan
sempurna agar bahkan Tuhan pun bisa memuji karyanya. Dan prinsip itulah yang
membuat keagungan karya-karyanya begitu tak ternilai.
Cinta. Da Vinci membuat segenap karyanya dengan
cinta.
Cinta. Hanya itu bumbu paling tepat untuk membuat
masakan enak, untuk membuat lagu yang merdu, untuk membuat puisi yang indah, untuk
membuat lukisan yang agung, atau bahkan untuk membuat kehidupan ini menjadi
penuh sukma. Aku sebagai bocah yang sedang berkembang menuju kedewasaan, ingin
bisa memegang prinsip Da Vinci dalam setiap langkah perjuanganku. Melakukan
segalanya sepenuh hati, gak setengah-setengah, kerja keras terus, dan tak lupa
diiringi cinta. Karena hanya dengan memegang prinsip semacam itulah, segala
yang aku lakukan gak akan sia-sia bahkan di mata Tuhan. Dilihat dari tipe
jiwaku yang rada-rada gak ngerti kejamnya hidup, pasti awalnya semua akan sulit
untuk diwujudkan. Tapi, aku berharap semua orang di sekelilingku bisa menjadi
stimulan untuk bisa mendorongku menjadi lebih maju lagi.
From Vinci with Love, Do the best with Love.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar