Minggu, 13 Oktober 2013

Money-Source

Sekarang kita tengah berlari, menuju garis finish yang pertama. Untuk kemudian berlari lagi, melanjutkan segalanya lagi, hingga garis finish selanjutnya, seterusnya, hingga akhir.

Kau berlari bersamaku sejak semula, namun baru di pertengahan jalan kau mulai menggenggam tanganku, mengajakku berlari lebih cepat, lebih semangat. Aku ikuti. Aku turuti.  

Dan kini menjelang garis finish, kau mulai lepaskan tanganmu. Entah kau ini apa? Karena aku menjadi begini lelah. Menjadi begini kelu. Kau diam saja.

Mungkin cerita perjuangan kita sudah berakhir, tapi cerita-cerita hati kita masih terukir sampai akhir.


Tribute to my dearest money-source, Lisa    

Sabtu, 12 Oktober 2013

Silent is gold, but strong is Titanium

Gara-gara keseringan ngacak-ngacak daleman laptop temen, aku jadi nemuin lagu yang berjudul “Titanium”. Lagu ini ditembangkan (ditembangkan? Lu kata pupuh?) oleh teteh Sia dan akang David Guetta. Pas didengerin, wah lagunya masih kalah sama ABG tua-nya Fitri Carlina. Kalah karena kita ga bisa “asik asik JOSS” di lagu ini. *apaan sih, mental dangdut dasar* 

 Lagunya enak juga. Dan pas nemu cover lagunya yang dinyanyiin sama Christina Grimmie pake piano, aduh makin demen aja. Aku nungguin lagu ini dicover sama Rhoma Irama, ya setidaknya biar Pak Haji ngeksis lagi ya paaaaaaakk!? (pake intonasi Mpok Nori)

Karena lagunya ear-catching(?), maka akhirnya aku jadi kepo sama liriknya. Nyadar nilai Toefl pas-pasan, akhirnya konsul ke aa Google yang emang paling top buat ngosrek-ngosrek lirik ini lagu. Setelah bergelut dengan perjuangan mengelilingi seantero rumah sambil ngangkat-ngangkat laptop kayak orang kesetanan (baca: nyari sinyal modem), akhirnya dis is it!

You shout it out 
Kau berteriak
But I can't hear a word you say
Tapi aku tak dapat mendengar kata yang kau ucapkan 
I'm talking loud not saying much 
Aku bicara dengan keras tidak banyak bicara
I'm criticized but all your bullets ricochet 
Aku sedang mengkritik tapi semua pelurumu memantul
You shoot me down, but I get up
Kau tembak jatuh aku, tapi aku segera bangun 

I'm bulletproof, nothing to lose 
aku tahan peluru, nggak ada kehilangan
Fire away, fire away
tembak saja, tembak
 Ricochet, you take your aim
memantul, kau ambil tujuanmu
 Fire away, fire away
tembak saja, tembak 

You shoot me down but I won't fall
Kau tembak jatuh aku tapi aku tak akan jatuh
 I am titanium 
aku adalah titanium
You shoot me down but I won't fall
kau tembak jatuh aku tapi aku tak akan jatuh 
I am titanium
aku adalah titanium 

Cut me down 
coba jatuhkan aku
But it's you who have further to fall
tetapi sebenarnya adalah kau yang selanjutnya akan jatuh
 Ghost town, haunted love 
Kota berhantu,  cinta yang berhantu
Raise your voice, sticks and stones may break my bones
Naikan suaramu, tongkat dan batu mungkin dapat mematahkan tulangku 
I'm talking loud not saying much
aku bicara dengan keras tidak banyak bicara 

I'm bulletproof, nothing to lose 
aku tahan peluru, nggak ada kehilangan
Fire away, fire away
tembak saja, tembak
 Ricochet, you take your aim
memantul, kau ambil tujuanmu
 Fire away, fire away
tembak saja, tembak 

You shoot me down but I won't fall
Kau tembak jatuh aku tapi aku tak akan jatuh
 I am titanium 
aku adalah titanium
You shoot me down but I won't fall
kau tembak jatuh aku tapi aku tak akan jatuh 
I am titanium
aku adalah titanium 
I am titanium
aku adalah titanium
I am titanium
aku adalah titanium

Stone-hard, machine gun 
 kerasnya batu, senapan
Firing at the ones who run 
akan menembaki kepada orang yang menjalankannya
Stone-hard, those bulletproof glass
kerasnya batu , kaca anti peluru

You shoot me down but I won't fall
Kau tembak jatuh aku tapi aku tak akan jatuh
I am titanium
aku adalah titanium
You shoot me down but I won't fall
Kau tembak jatuh aku tapi aku tak akan jatuh
I am titanium
aku adalah titanium
You shoot me down but I won't fall
Kau tembak jatuh aku tapi aku tak akan jatuh
I am titanium
aku adalah titanium
You shoot me down but I won't fall
Kau tembak jatuh aku tapi aku tak akan jatuh
I am titanium
aku adalah titanium
I am titanium 
 aku adalah titanium 

Sumber : http://daleminlirikmusiklagu.blogspot.com

Mantap kan ya ? Di lagu ini yang nyanyi tuh si Titanium, I am titanium I am titanium. Keren banget si titanium, satu-satunya unsur kimia yang bisa nyanyi! Wah kereen (udah ini tulisan gua, terserah ya gua mau ngomong apa juga okeh?)

Berlanjut dari kepo ke lirik, aku kepo lagi deh, kok Titanium sih yang terpilih untuk bernyanyi disini? Kenapa gak emas aja? Kali aja emak-emak di tempat arisan jadi pada demen ini lagu. Atau kenapa gak unsur Cl aja, atau Chloride, atau kalau di Brebes dia disebut Klorida. Klorida kalau kena air kan meledak, atau bakal nge-JOSS kalau jumlahnya dikit. Jadi kecapai deh ini lagu bisa dinyanyiin Fitri Carlina. (maap ya gejolak dangdut tiada putus)

Karena ga kuat terbebani nafsu kepo yang menggelegak secara merata ke seluruh mata, hati dan pikiran ( -__- ) akhirnya aku melakukan penelusuran di Google lagi. Titanium, why?

Nama titanium diambil dari nama Titan, salah satu dewa dalam mitologi Mbak Yu dan Mbok Nani, jadinya Yunani *minta timpuk*

si aa Titan ini dibenci sama ayahnya karena dia kuat banget, gaada tandingannya. Karena itu, ayahnya ngurung dia di bawah permukaan bumi. Unsur Titanium emang pas banget buat dapet nama ini karena selain titanium adalah unsur yang kuat, dia adalah unsur ke-9 terbanyak yang ada di kerak bumi.

Secara kimiawi, Titanium memiliki massa 1.6 kali lebih besar daripada alumunium tapi dua kali lebih kuat. Kuat setangguh baja tapi massanya cuma 60% dari baja. Titanium merupakan logam transisi yang bewarna putih keperakan. Titanium bersifat ringan dan kuat. Selain itu, titanium memiliki massa jenis yang rendah, keras, tahan karat terhadap udara, air, bahkan larutan asam kuat. Logam ini tahan pengikisan 20 kali lebih besar daripada logam campuran tembaga nikel. Batu permata titania lebih tampak cemerlang dari intan apabila dipotong dan dipoles dengan baik.

Pada sistem periodik terletak pada golongan IVB dan periode 4. Nomor atom titanium adalah 22. Titanium memiliki titik lebur 1.660*C dan titik didih 3.287*C. Titik lebur yang tinggi bikin si titanium susah banget diolah dalam proses termal.

Titanium ditemukan oleh William Gregor pada tahun 1790 dalam bentuk pasir magnetik yang kemudian dikenal di Brebes dengan nama Ilmenite (Bravo lah Brebes!). Titanium murni akhirnya diperoleh 120 tahun kemudian. Hedon bangeet.. Karena proses pemurniannya yang uye, cetar dan melezatkan (?), maka dia dihargai lebih mahal dari emas. Nah lho, bisa jadi objek arisan yang baru nih si titanium.    

Dan aku ga ngerti, kenapa gara-gara satu lagu yang enak didenger doang, aku jadi membuka luka lama (baca: belajar kimia). Ngerti deh, kenapa ini lagu judulnya Titanium. Lagu ini nyeritain kalau apapun yang orang lain lakukan atas kita, entah mengecam, menghina, atau apapun yang penting ada unsur ngebully nya, kita bakal tetap kuat, dan gak akan jatoh karena kita adalah Titanium. Ih kalau gua mah ogah, gua mah orang, bukan Titanium. Udah.. ini tulisan gua okeh?

Lirik lagu diatas kalau dinyanyiin sama Tante Omas mungkin begini kali ya,
“Eh elu tereak apaan!? Gua kagak denger! Lu bacot apaan hah? Terserah elu! Gue kagak denger! Atau gue yang lagi bonge ya!? Hah, bodo amat! Elu mau tembakin gua, tembak aja! Tapi gua sembunyi dulu (ini apaan sih). Gua ini kuat kayak titanium! Kuatan gua mungkin? Atau kuatan titanium ya!? Buset, pokoknya gua kuat banget! Gua ga akan jatuh lu apain juga! Ada juga elu yang bakal jatoh! Jatoh bangun aku mengejarmu, namun dirimu tak mau mengerti (asikasikJOSS)” -_-

Maaf intermezzo yang over..

Sekarang kita main filosofi.. *suasana mendadak berkabut

Titanium murni berhasil dibuat 120 tahun sejak penemuannya yang pertama. Lama kan ya? Untuk menjadi seseorang yang kuat itu perlu waktu penempaan yang ga sebentar. Kita diberi ujian bertubi-tubi, masalah berlipat-lipat, kesedihan berombak-ombak, hingga kita berada pada titik dimana saat kita menerima itu semua lagi kita cuma bilang “Everything’s gonna be alright” dengan muka selow anti cepet. Iya, dengan berbagai ujian, cobaan, malapetaka apapun, toh kita percaya bahwa semuanya akan berakhir, maka kita bisa menjalani segalanya dengan hati yang ikhlas. *mantap

Titanium dihargai lebih mahal dari emas karena prosesnya yang lama. Karena orang yang benar-benar kuat di dunia ini emang sedikit à ga nyambung. Nggak, maksudnya orang yang tahan uji itu kan langka di dunia ini. Semua orang mengalami cobaan, tapi hanya sedikit orang yang lolos proses penempaannya sehingga jumlah mereka langka. Orang-orang yang bener-bener kuat dalam menjalani berbagai cobaan dalam hidupnya emang dikit. Pernah liat orang-orang yang sukses banget ternyata masa lalunya kelam dan jatoh banget? Dan mereka adalah wujud-wujud titanium yang sebenarnya. Makanya orang yang sukses kayak gitu dikit banget di alam raya ini.

Eh, kuat apa dulu nih? Kuat makan sih, gue juga gitu..Kuat tidur,, gue juga gitu. Kuat jomblo, yaaahh.. gue juga gitu dah. *kesian

Titan, yang terbuang oleh ayahnya sendiri karena dia kuat, jadi inget Habibie yang ‘terbuang’ dari Indonesia karena dia jenius. Tapi beliau ga terbuang ke dalam kerak bumi, malah ke puncak-puncak bumi, negara-negara maju yang kuat. Dan itulah dia, Master of Titanium.

Semua orang ingin menjadi sekuat titanium. Semua orang ingin ringan dalam menjalani hidup. Ini sebenarnya bukan keinginan, tapi pilihan. Ada orang yang memilih untuk kuat dan tegar menjalani cobaan, ketika dia lolos cobaan itu, maka dia dapat melihat dunia ini dengan lebih lapang. Ada orang yang memilih putus asa, bunuh diri, minum racun, nyilet nadi sendiri, atau apapun kegiatan-kegiatan yang sangat tidak bermutu, lalu orang itu mati dan beres semuanya? Nggak. Urusannya masih dilanjutkan di alam selanjutnya. Nah loh.

Menjadi kuat itu pilihan, bukan keinginan. Karena itu didasari dari Hidup adalah pilihan. Bagaimana cara kita menyikapi hidup? Setiap orang punya pilihan untuk menjawab. J
Semua orang bisa menjadi sekuat titanium, tapi ga semua orang memilih untuk menjadi seperti titanium. Take your choice, guys!

Sumber-sumber pembuka luka lama :
http://aghnanisme.blogspot.com/2012/10/titanium-keberadaan-sifat-fisis.html 
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125329-FIS.013-08-Tingkat%20perolehan-Literatur.pdf


 

Jumat, 04 Oktober 2013

10 tahun terakhir bersama Jo


Dua Pekan Terakhir Bersama Jo

Anyone's death always releases something like an aura of stupefaction,
so difficult is it to grasp this irruption of nothingness
and to believe that it has actually taken place.
- Gustave Flaubert

Semangat pastilah masih tersimpan di rongga dada Julianto Soesap Albanny, Wakil Pemimpin Redaksi di Harian Riau Mandiri. Antusiasme kerja tercermin dalam setiap ayunan langkahnya, bergaung di sela-sela kompartmen yang dibatasi partisi. Pria kecil berkacamata yang selalu terburu-buru dalam bicara ini adalah kawan kami, dalam batasan waktu yang berbeda-beda.

Hari Rabu 11 Agustus adalah saat pertama kali dia kuboyong ke Pekanbaru untuk diperkenalkan kepada jajaran redaksi. Ada mimik seru di wajahnya, layak bocah sedang menghadapi mainan baru. Sejak berangkat dari Jakarta, Mas Jo -begitu beberapa teman memanggilnya- terus riuh rendah. Di pesawat dia tak memejam mata, terus mengajakku bicara.

Penuh gairah menghadapi tantangan, pria yang selalu berpuasa Senin-Kamis ini pun memutuskan bergabung. Aku merasa sangat tertolong. Tugasku akan menjadi sedikit ringan, bisa lebih fokus berkonsentrasi sebagai Wakil Pemimpin Umum Harian Riau Mandiri, Pekanbaru dan Harian Sijori Mandiri, Batam saja, tanpa harus membagi perhatian menjadi Pemimpin Redaksi. Dalam masa peralihan, Jo akan menjadi Wakil Pemimpin Redaksi selama tiga bulan sebelum nanti definitif ditetapkan sebagai Pemimpin Redaksi.

Jo pun mulai adaptasi memasuki tugas barunya. Membaur dan mempesona. Meski tidak parlente, namun pribadinya yang rapi senantiasa menonjolkan keteraturan sikap hidup. Shalat tak pernah tinggal, lengkap dengan dzikir. Perangainya yang selalu lapar akan berita, membuat dia tak pernah letih menyunting dan menulis.

“Be, kita akan bikin bagus koran ini,” katanya kepadaku, sering-sering. Dia memang kerap memanggilku Babe, tetapi kadang-kadang rancu menyampuradukkan dengan panggilan Bapak, Bang, atau Kawan.

Lima belas hari di Riau Mandiri, 15 hari pula dia menjadi teman diskusi. Berdebat tentang news value, menguji kekuatan kata, menimbang resam kalimat, menata terobosan lay-out, melahirkan kekuatan redaksional dan menunggu proses cetak hingga lepas dini hari. Semua dilakukan Jo dengan senyum dan teriakan akrab. Dia memang suka teriak dan perang pendapat. Di kantor lamanya di Bisnis Indonesia dan di Harian Merdeka, dia dijuluki Profesor. Namun para redaktur cenderung menyebutnya sebagai Mister Bukan, hanya karena dia acap menyanggah pendapat orang lain dengan kata Bukan!

Di kantor ini, dia juga sering menyanggah, mencari ragam perbedaan. Baginya dunia tidak satu warna, begitu pula kisi-kisi berita. Selama 15 hari dia berdialog dengan jajaran redaksi, semua diundang rapat di ruang kerjanya yang besar. Dia selalu melihat koran daerah sebagai koran besar, mampu mengubah wajah Indonesia. Yang jelas, hari ini, kondisi Julianto yang lebih dulu berubah. Sebagai Pemimpin Redaksi dia akan berhak atas berbagai fasilitas. Tiket Pekanbaru-Jakarta-Pekanbaru setiap bulan. Mobil dinas, sebuah Phanter baru tipe Kuda berwarna merah nyalang sudah tersedia di pelataran parkir. Dia sangat menyukainya, sehingga sering memaju-mundurkan mobil itu di pekarangan rumahku, seakan mobil itu selalu salah parkir. Rumah kediaman juga akan menyusul. Sementara masih sendiri, Julianto tinggal bersamaku dulu. Kami berdua saja di rumah besar itu, hanya sesekali ditemani oleh Wimpy, supirku yang bulat jenaka. Tapi kami tidak pernah merasa sepi. Ada meja bilyar di ruang depan dan alat-alat kebugaran di ruang belakang. Meski tanpa pembantu, makanan selalu tersedia. Setiap pukul enam pagi, Wimpy sudah datang membawa nasi gurih plus rendang dan dendeng, lengkap dengan kopinya. Dan kami akan terus bercakap-cakap sepanjang 24 jam, dari buka mata hingga tutup mata.

Seusai masa adaptasi dua pekan berlalu, Julianto pamit pulang ke Jakarta.
"Sebentar saja, kawan, cuma empat lima hari,” katanya. “Mau mengabarkan kepada istri dan anak-anak bahwa saya pindah ke sini. Sekalian ambil baju-bajulah.”

Memang harusnya begitu. Bekerja jauh dari keluarga bukan berarti melupakan mereka. Bahkan sebenarnya, merantau merupakan pengorbanan untuk anak istri. Pilihan Jo sudah tepat. Apalagi tiga bulan mendatang, dia akan mendapat rumah sendiri, supaya bisa memboyong keluarga ke Riau.

Tidak ada badai di Riau, meskipun perambahan hutan secara liar masih terus terjadi. Petirpun tidak menyambar-nyambar. Namun malam itu, aku menerima telpon dari Jo.
"Kawan, saya berangkat besok pagi, sampai Pekanbaru kira-kira pukul 10," ujarnya dari seberang. “Bisa suruh Wimpy jemput?”
Aku bilang, aku sendiri yang akan menjemputnya. Tetapi dia menolak.
“Masak Komandan yang jemput? Malu saya. Biar Wimpy sajalah.”
“Gak apa-apa kok. Aku sekalian mau ke arah airport,” jawabku tuntas.

Rabu menjelang subuh itu sama sekali memang tidak ada badai. Apalagi gelegar petir. Namun sebelum jam empat pagi, handphone-ku berdering. Agak menggerutu juga terbangun jam sebegitu. Tapi kulihat nama yang terpampang di layar: Julianto.

“Apa To?” tanyaku.
“Ini Pak Izharry? Saya adik Julianto,” kata suara pria di balik handphone.
“Lho, ada apa? Julianto mana?”
“Julianto meninggal dunia, Pak, tadi sekitar jam tiga.”

Kepalaku berputar, lepas dari leher dan bergelinding ke kasur. Tuhan! Aku tersentak duduk dan berteriak keras, bertanya penyebabnya. Kata adiknya, Julianto hilang dalam tidur. Ketika dibangunkan istri agar bersiap-siap berangkat ke bandara, tubuhnya tak memberi reaksi. Ya Allah, Julianto sudah tiada! Kuatur napasku dan kubangunkan Basrizal, Bos Besar Riau Mandiri Group. Akupun berkemas. Akan kukejar pesawat pagi menuju Jakarta. Bagaimana pun aku harus menyambangi Julianto yang telah merambah perjalanan terakhirnya.

Mendengar kepergian seorang teman pastilah membuat aura keterkejutan kita lepas, dan begitu sulit rasanya memasuki kehampaan yang tiba-tiba. Namun bagaimanapun, kita harus yakin bahwa hal itu benar-benar sudah terjadi. Waktu bergulir, tak ada yang bisa dibatalkan dan diulang kembali. Aku pun tertunduk, airmata merambah di dalam batin. Semalam kami masih memperdebatkan judul, tapi kini pria berusia 40 tahun ini sudah tiada.

Kulempar mata yang berair keluar pesawat, menatap gugusan awan bisu. Aku datang menziarahimu, Jo. Begitu tipis jarak antara hidup dan mati, sementara sentuhan jurnalistikmu masih terasa begitu hangat. Dalam tepekur, aku melenguh. Jo, hari-hari tak akan pernah sama dengan dua pekan yang kita lalui. Selamat jalan, kawan!

(Dimuat dalam versi pendek di Harian Riau Mandiri, Agustus 2004)


Sumber : http://sudut-bidik.blogspot.com/2008/06/dua-pekan-bersama-jo.html

 
Aku baru nemuin artikel ini beberapa jam yang lalu. Iya. Aku baru nemuin kerennya dedengkotku ini beberapa jam yang lalu. 

Pria diatas adalah dedengkot geng Albanny. Dimana anggota geng ini adalah Julianto Soesap Albanny (Ketua), Nisa  Adila Albanny (Adil Albanny), dan Sufiyya Rahma Kamila Albanny. Adapun ketua sebenarnya, yang paling berkuasa sepenuhnya di markas besar adalah Nyonya Albanny (yang menguasai Ketua, Ketuanya Ketua). Hehehe

Ga nyangka banget kalo mantan bosnya sampe bikin tulisan tentang beliau. wajar, sih. Dedengkotku yang oleh kawan-kawannya biasa dipanggil Jo ini emang bukan orang biasa. Beliau adalah seorang penulis nyentrik, jurnalis anti mainstream, tukang jagal berita, dermawan yang selalu ngejajanin anggota gengnya pas weekend, dan seorang…yang aku rindukan. Teramat aku rindukan. 
 
Ga kerasa, udah lewat 9 tahun. 1 tahun lagi adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyamai tahun-tahun kenangan yang berhasil beliau ukir bersama kami. Tertelan oleh masa-masa aku beranjak dewasa, jadi nyaris lupa sama beliau. Ah masa-masa itu, masa-masa kejayaan geng kita, keluarga kita. 

Jadi inget gimana Dedengkot selalu ngejejalin mulut kita dengan telor setengah matang tiap pagi. Kata Dedengkot, banyak makan telor gituan biar kita pinter. Iya sih. Soalnya sekarang-sekarang otak aku jadi korslet, gara-gara banyak makan telor sisaan. *hahahaa malang*
Jadi inget gimana Dedengkot tiap akhir minggu selalu ngajak kita main ke manapun, biasanya sih ke mall *buat ngerasain kloset duduk di mall yang jaman dulu mah belum umum* haha nggak gitu juga sih. Kalo dedengkot lagi baik, kita pasti dibeliin baju atau mainan. Iya terus pas nyampe rumah langsung kerja rodi bersihin seantero markas besar *eksploitasi anggota geng* 
Ah jadi inget Dedengkot kan... Kangen Dedengkot kan..

Tanpa aku sadari, dalam cara-cara ku untuk membanggakan Nyonya Albanny, adalah dengan menjadi seperti Jo Albanny. Aku senang menulis, jalan-jalan melihat berbagai kejadian, menghayatinya untuk memperoleh inspirasi, dan berkarya dalam bentuk bahasa. Dan ironisnya, itu adalah cara-cara ku untuk bertahan tanpa beliau, yaitu menjadi seperti beliau. 
Jangan marah ya, pak Ketua.. saya ga niat buat plagiat kok.. cuma mengamati, meniru dan memodifikasi.. Hehe
Ah,, penasaran jadinya sama keadaan Dedengkot.. Gimana pak kabarnya? Sehat dan bahagiakah disana? Kalau nanti aku diangkat jadi ketua geng Dedengkot selanjutnya, jangan ngambek ya.. semoga aku lebih sukses lagi malahan. Amin. hehe

Pak Ketua, barangkali kau jarang membaca syair yang cemen-cemen kayak gini, tapi biarkan Tuhan yang memberitahumu bagaimana perasaanku saat merangkainya.
Pak Ketua, tolong biarkan saja perasaan ini tersimpan kayak gini, toh aku telah lama juga merelakanmu pergi.  

Suka ataupun luka
Yang kau patri lirih-lirih
Yang kau ukir tanpa dosa
Yang kau cipta penuh rasa
Denganku
Dulu denganku

Ayah ataupun kisah
Ada ataupun musnah
Pergi dan kembali
Kini telah pergi, dan tak kembali

Cinta ataupun luka
Yang kau ukir dengan nyata
Dan kau pergi ke dunia sana
Dan aku merindumu segala usia

Ibu ataupun kamu
Aku selalu mendamba bangga ibu
Tapi aku selalu ingin kamu
Menjadi kamu, sepenuhnya kamu  
Demi bangga dunia