Naik bus
dari Jatinangor ke Cirebon ini dibanderol Rp 30.000,- per hidung. Aku sebagai
pemegang kendali atas benda sakral bernama uang, maka langsung membayar ongkos
bus ke si keneknya. Setelah membayar dan dapet tempat duduk yang nyaman, saya
begitu duduk langsung tergeletak tak tertahan. Langsung tertidur dan bener-bener jatuh dalam buaian malam menuju
pagi.
“Cirebon!
Cirebon!”
Kalo saya
jago slam dunk, pengen banget ngelemparin sepatu ke kenek busnya.
Berisik Broh.
Tapi
hikmahnya, saya jadi bisa bangunin yang lain karena kami mau turun di terminal
Cirebon. Hehehe, jadi …. tengkyu broh.
Pas bangunin
Hafizh, aku tiba-tiba keingetan.
Bima, Winna,
dan kang Imbar adalah pribadi-pribadi yang penuh dengan anomali atau
penyimpangan. Saya sama Hafizh doang yang layak jadi orang normal. Waah, berarti pendakian kali ini kami jadi
kaum minoritas yang bisajadi tersisihkan, bahkan terbuang. Hal ini membahayakan
tentunya. Kesungguhan hati saya akan diuji, sodara-sodara!
Saya ga akan
menyerah untuk jadi orang paling waras dalam pendakian ini!
Kata saya bertekad dalam hati.
Akhirnya
tiba di Terminal Cirebon kira-kira jam setengah tiga pagi. kami langsung pake
carrier dan istirahat sebentar di Alfamart deket terminal. Hafizh dan Bima
langsung nyari Elf yang bisa menerbangkan kami ke Pos Palutungan. Saya, Winna
dan Kang Imbar langsung terbujur kaku di teras Alfamart. Ibu-ibu yang kebetulan
juga lagi ngaso di teras Alfamart menyapa kami.
“Mau naik
gunung de?” tanyanya.
“Nggak bu,
mau naik panggung.” Jawab saya. PENGENNYA.
Ya kali,
bu kami bawa carrier dan pake sepatu
gunung gini dianggap mau konser di Balai Sarbini?
“Iya, bu..”
jawab Winna akhirnya.
“Anak saya
yang kedua juga suka naik gunung. Tapi ga saya ijinin..” kata dia, curcol.
Ah. Jadi
inget mamah. Mamah saya untung ngijinin untuk pendakian ini. Biasanya kagak,
dan saya kalo minta ijin selalu dengan darah dan air mata. Nggak darah juga
sih. Lebay aja itu mah. Hehehe
Mah, doain
ya semoga putrimu ini bisa kembali dengan selamat.
“Hafizh sama
Bima kok lama ya?” selidik kang Imbar. Waaah, berasa ditanya empat orang.
Seperti kata saya sebelumnya. Seorang kang Imbar adalah sama dengan 4 orang.
Ngeri kan ? Maka saya hanya mampu mengangkat bahu untuk mewakili jawaban “saya
ga tau apa-apa, gatau apa-apa. Saya bodoh. Saya hanya partisipan disini. Bunuh
saja saya.” -____- kebanyakan nonton film psikopat jadi kayak gini nih.
Seorang cowo
setengah tua alias mas-mas setengah abang-abang mendekati kami. Dari
penampilannya, saya yakin dia belum pernah mandi pake tisu basah dan pasti
profesinya adalah…
“Mas, mau ke
mana?” Tanya dia ke kang Imbar.
Tentunya ini
adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh.. Iyap! Pangeran elf!
“Ke
Palutungan.”
“Berapa
orang?”
“Berapa
hayooo … tebak dong, PUTRA!” pengen banget saya bercandain gitu. Tapi Winna
keburu ngejawab,
“Lima, Mas..
”
“Ikut saya
aja, mas. 150 langsung berangkat.”
Waaaaah itu
saya langsung sewot karena nganggarin buat ke Palutungan cuma seratus ribu.
“Gak mau,
saya mau 100!” kata saya.
“Wah belum
bisa… ”
Saya sama
kang Imbar menghampiri sopirnya.
“Mas, 100
ya!” kata saya to the titik.
“Nggak!”
kata sopirnya, ketus banget jir.
Saya kasih
kode ke Kang Imbar untuk ninggalin aja bapak-bapak kayak gitu. Masih banyak
bapak-bapak lain yang pasti lebih mau nerima kita apa adanya.
Ketika saya
dan kang Imbar balik lagi ke teras Alfamart, Hafizh dan Bima udah ada dan
melaporkan bahwa mereka belum nemuin jodohnya di terminal. Aish. Maksudnya,
belum nemuin elf buat ngangkut kami ke Palutungan.
Ga berapa
lama, si Kenek setengah tua itu nyamperin lagi.
“Mbak, 130
gimana?” katanya menawar.
“100 aja
gimana.. ”
“Belum bisa
mbak..”
Waktu
merangkak ke pukul setengah 4. Saya mikir kalau kami juga harus segera
istirahat di Palutungan. Takut pas naik gunungnya pada tepar entar.
“Yaudah 120
deh!” kata saya semi-bete.
Si Kenek
berpikir sejenak, dan akhirnya dengan pasrah,
“Yaudah
ayo.”
Haaahh!!
Bete! Jebol 20ribu dari anggaran semula. 20 ribu tuh lumayan buat beli lauk
makan buat di gunung entar tau!! Karena bete sama kenek plus sopirnya, saya pas
duduk di elf langsung tidur lagi. Gamau denger suara sopir ama keneknya. Huh
rese.
Sekitar jam
setengah limaan saya bangun. Saya celingak-celinguk berasa ada di Lost World,
karena sekeliling gelap dan kayak gaada peradaban. Gaada penerangan dari rumah
warga sama sekali. Ternyata sopirnya kejauhan nganterin kami.
“Pak,
kejauhan. Posnya udah kelewat..Muter lagi aja pak!” kata Kang Imbar.
Dikeroyok
sama suara empat orang gitu, si sopirnya langsung putar balik. Hahaha, kang
Imbar the best.
Menit-menit
berlalu, akhirnya elf berhenti di tepat yang tempat. Kami semua turun dengan
bahagia. Sopirnya dengan berbaik hati memberikan nomor hapenya kalau-kalau saat
kami mau pulang, kami butuh dia lagi. Ah bilang aja mau dimodusin sama Bima ya,
Pak. Hehehe
Pos
pendaftarannya sepi gaada orang, tapi untung lampunya nyala. Ada sofa yang
empuk juga disana. kami nyampe disini pukul 04.45 lah yaa. Saya segera ganti
baju lapangan, dan siap-siap solat. Airnya dingin banget bre. Tapi seger
banget.. Alhamdulillah..
Pukul 05.30
saya ama Winna bergerak cari makan. Ada warung kecil di deket pos pendaftaran
yang bisa bikinin kami sarapan sekaligus makan siang buat di Gunung entar
dengan banderol harga Rp 80.000,-. Lengkap udah dikasih nasi sebaskom
(kayaknya), telor ceplok 10 ekor, tempe bacem, capcay sayur gitu, pokonya
puas... Terus setelah sarapan dan daftar, kami siap berangkat pukul 07.00 teng.
Ini nih, suasana pagi di Palutungan ..
Matahari
paginya cerah banget, tapi puncak gunungnya ketutup sama kabut. Wah pesimis deh
buat summit besok. Huhu..
Oh iya ini
nih ranger-ranger Palutungan kali ini, dengan Kang Imbar sebagai tukang
fotonya.. kami kasih nama tim pendakian untuk kali ini Elf’s Ranger aja ya.
Karena kami adalah orang-orang yang memperjuangkan ongkos murah dengan Elf!
Hehehe
Kir-kan (Winna – saya – Hafizh – Bima)
Perjalanan dimulai dan saya jadi danlap hari ini.
*pas nulis bagian ini, deg-deg banget saking bangganya. Hehe
Kiri kanan.. Kulihat saja, banyak tanaman
survival..
Si Bima nyanyi maksa banget dah. Tapi emang sih.
Kiri kanan kami gaada pohon cemara. Adanya
kebun bawang daun, sawah, kebun jagung. Sinar mataharinya ga tau kenapa ramah
banget pagi itu. hangaaaat banget, dan membawa kebahagiaan bagi sekalian umat.
Oh iya, belum cerita tujuan pendakian kami kali ini. kami ke Ceremai ini mau mendata
keberadaan jamur di tiap pos pada jalur Palutungan untuk nanti dibuatkan
pemetaannya. Pas nyampe di Pos pertama penelitian sekitar jam 07.30 WIB, kami langsung memulai penelitian dengan alokasi waktu 30 menit. Mencari
jamur dan mendata ciri-ciri fisiknya di area yang kami tandai. Ini jamur yang kami temui di Pos pertama penelitian.
Setelah
mendata fisik jamur tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke Pos Cigowong pada
pukul 08.10 WIB. Medan ke Cigowong masih landai bahkan di beberapa bagian malah
kayak turun gunung. Alhasil, perjalanan pun lama dan logikanya pasti bikin down
kan... Tapi, Elf’s Ranger punya cara kece untuk menyemangati diri. Kami bikin
konser dengan meng-cover lagu Bruno Mars, Locked Out of Heaven tapi
khusus dipersembahkan buat Pos Cigowong.
Di bagian
reffnya..
Cause you
make me feel like, I’ve been locked out of heaven
Cigouwouwouwoooong..
Cigouwouwouwoooong…
Hahahahahaa.,,
sumpah keren banget Broh! Ga kalah lah Elf’s Ranger sama Elfa’s Singer.
Bobrokan kami soalnya, Heheh.. ini adalah konser kami yang didedikasikan untuk
pos Cigowong yang telah membuat kami serasa locked out of heaven but locked
in of hell. Hahahahaha …
Setelah
konser tak habis-habis yang memboringkan (karena yang dinyanyiin emang reff nya
doang. Hahaha )….
AKHIRNYAH!
NYAMPEH DI CIGOWONG SODARAH SODARAH!!
Waah, si
Bima langsung buka kemeja lapangannya yang banjir keringat. kami nyampe di Pos
Cigowong pukul 10.00 Teng! Disini ada sungai yang airnya keren banget
jernihnya. Elf’s Ranger minus kang Imbar segera mengisi kompan dengan air. Saya
dan Winna ke atas duluan, Bima sama Hafizh entah kenapa nyusul 10 menit
kemudian (pasti pada mandi kembang dulu -_- ). kami segera melakukan penelitian
hingga pukul 11.00 WIB. Ini gambar salah satu jamur yang ditemukan di Pos
Cigowong.
Di pos ini
kami nemuin 3 jamur dengan alokasi waktu 30 menit di area yang telah ditandai.
Perjalanan dilanjutkan pada pukul 11.05 teng dan kami menuju ke Pos Kuta.
Berdasarkan pengalaman salah seorang teman saya, perjalanan dari Pos Cigowong
ke Pos Kuta sekitar dua jam. Tapi 30 menit kemudian, kami berdiri di depan
plang kuning yang bertuliskan
POS KUTA
How
Surprising! Walah! kami lewat mesin waktukah sehingga
secepat ini. Atau temanku yang salah? Tapi kata Bima emang aneh juga ke Kuta
cuma setengah jam. Yaudah lah yaa.. jadi ga ngaret kok ke ROPnya. Heheheh
Di Pos ini
kami melakukan penelitian dan ISHOMA. Kang imbar disini inisiatif jadi barista
dengan membuatkan teh (barista bikin teh?) saat kami melakukan penelitian. Ah
terbukti kan dia emang ga bisa diem.
Perjalanan
dilanjutkan pukul 13.00 WIB dan lanjut ke Pos Pangguyangan Badak. Perjalanan ke
Pos Pangguyangan Badak gak memerlukan waktu lama karena hanya ditempuh dalam
waktu 35 menit. Niat mulanya mau ngadain penelitian disini. Tapi karena kami
ngejar Pos Pasanggrahan sebagai lokasi camp, maka kami skip sementara
penelitian di Pangguyangan Badak. Perjalanan pun dilanjutkan ke Pos Arban. Nah
selama perjalanan disini, kondisi Winna mulai gak fit. Dia mengaku jarang
olahraga dan hari itu adalah hari kedua dia didatengin sama bulan. Oh my God.
Winna keren banget. Neil Armstrong jauh-jauh ngorbanin nyawa buat ngedatengin
bulan, lah Winna tinggal nunggu didatengin Bulan.
BLETAK.
Dijitak Winna. Okeh-okeh...
Alhasil,
kecepatan jalan Winna pun melambat. kami, personil Elf’s Ranger lainnya terus
menyemangati Winna. Setidaknya Winna jadi sanggup terus berjalan. Saya sepanjang jalan nyanyi terus buat ngasih
semangat ke yang lain. Selain itu, emang untuk memamerkan suara saya yang
keren. Yaa, sekali mendayung, dua pulau terhancurkan lah. Kenapa hancur ?
Karena semenjak saya nyanyi, jalanna
Winna jadi lebih melambat. Barangkali down denger suara saya bagus jadinya dia
minder atau down karena suara saya bikin saraf telinga dia sakit? Kayaknya
alasan yang pertama deh. Iya bener yang pertama.*maksa
Nyampe di
Pos Arban pukul 14.45 teng. Disini Winna sempat mengibarkan bendera putih dan
mohon ke saya untuk camp di Arban saja. Saya jadinya gundah gulana. Besok pagi
summit kami bisa jauh banget treknya kalo nge-camp di Arban. Pasanggrahan masih
beberapa ratus mdpl lagi, tapi Winna udah ga kuat. Dan kalo ngejar Pasanggrahan
juga, takutnya keburu malam dan ga kondusif buat bikin camp.
Ditengah
berbagai kebingungan tersebut, kang Imbar tiba-tiba mengalami anomali.
“Yaudah tim
dibagi dua aja. Bima sama Hafizh duluan ke Pasanggrahan, tapi jalannya ngebut
biar bisa ngejar bikin camp craft disana. Akang sama Adil nemenin Winna jalan.
Jadi pas nyampe di Pasanggrahan, camp craft udah jadi.. ” kata kang Imbar
dengan muka datar seolah-olah dia tidak merasa bahwa apa yang baru keluar dari
mulutnya itu adalah solusi yang paling terang untuk saat ini. Anomali banget
kan? Tumben kang Imbar pinter. Hehehe
Kami semua
setuju. Maka terjadi pertukaran logistik disini. Bima dan Hafizh membawa
logistik untuk camp. Mereka berangkat duluan pukul 15.00 teng. Saya, Winna dan
Kang Imbar berdiam dulu di Arban untuk merenungi segala hal yang terjadi
diantara hubungan segitiga ini. -__-
“Yuk
berangkat.”
kami
melanjutkan perjalanan pada pukul 15.15 teng. Karena camp craft udah diurus
sama Bima dan Hafizh, saya dan para antek-antek jalannya jadi lebih santai.
Hehehe, ngobrol ngalor-ngidul sama kang Imbar tapi si Winna tetap membisu.
Sombong banget dah dia kagak mau gabung ngobrol mentang-mentang tas carriernya
baru. Saya pancing-pancing ngobrol pake kartu asnya dia, eh cuma nyengir dikit
dia. Entah pas dimana, kaki Winna terkilir.
Aduh, ngilu liatnya bre, pas kang Imbar muter-muterin telapak kaki
Winna, saya takut denger suara gesekan
tulang atau apapun itu. Akhirnya saya malah teriak-teriak manggil Bima dan
Hafizh. Gaada jawaban. Suara saya menggema hanya disahut oleh kesunyian.
“Aaaww”
jerit Winna.
Beginilah
kuatnya kekeluargaan diantara kami. Bima dan Hafizh belum menyahut, maka Winna
yang mewakilkan untuk menyahut.
BLETAK
(lagi) dijitak kang Imbar.
Iya kang
saya diam.
Plis
Tuhan.... Lindungi kami semua... Saya berdoa dalam hati. Ga tega
liat si Winna apes kayak gitu. Tapi
alhamdulillah Winna masih bisa jalan. Setelah Winna diberikan motivasi, maka
kami melanjutkan perjalanan. Di jalan, saya terus teriak-teriak manggil Bima
dan Hafizh. Terus menerus... Berharap ada jawaban, hingga akhirnya......
Hahahaha seru bacanya....can't wait for another posting.
BalasHapuseh teteh, postingan lainnya sedang dalam proses editing teh.. hehehhee :)
Hapus