Waaaah syudah lama tidak menulis catatan
perjalanan lagi. Iya nih ah gara-gara sibuk sih .. hehehe (ngeles padahal gaada
ide buat nulis hahaha),, tapi kenangan-kenangan semasa menjadi blogger yang
ngaku-ngaku doang selalu terngiang-ngiang.. yowis berhubung kemarin-kemarin
lagi banyak cerita, yuks kami kembali menyelami kismis (kisah-kisah miris) ini
… huahahaha
Sekarang saya mao nyeritain perjalanan saya dan
kawan-kawan ke Gunung Ceremai (lagi). Perjalanan ke Ceremai sebelumnya bisa
dilihat di :
Kalo yang kemarin kan lewat jalur Linggarjati, kalo yang sekarang lewat jalur Palutungan.
OUTDOOR GEAR #Part 1
Kalo yang kemarin kan lewat jalur Linggarjati, kalo yang sekarang lewat jalur Palutungan.
Pengen nyeritain dulu golok nya ya *prolog men
Jadi awalnya ini tim yang mau berangkat
beranggotakan tujuh orang. Udah asik lah ya bakal rame di jalan dihiasi dengan
para cucakrawa yang
berisik semua dan selalu saling membongkar aib (lirik Winna
lirik Faris). Personil awal tuh terdiri dari saya
sendiri, Winna, Bima, Faris, Hafizh, Anton dan Ogi. Eh tiba-tiba Anton dengan
kejinya membatalkan ikatan itu karena hubungan kami bertujuh tidak direstui
ayahnya (baca : ga diijinin). Saya waktu itu sedih banget. Habisnya, alasan dia
ga ikut karena mengatasnamakan orangtua sih. Ya saya karena ingin Anton jadi
anak yang berbakti, tidak bisa berbuat apa-apa.
Udah oke2 aja dengan enam orang yang tersisa.
Bima dan Faris sampe bela-belain majuin praktikum elektronika dan metode
numerik demi ikut pendakian ini brooo.. padahal dua praktikum itu kan
laporannya paling WOW. Wah salut banget sama mereka berdua. Saya udah makin
semangat aja buat berangkat ngeliat mereka bela-belain gitu.
Eh tapi akhirnya Faris membatalkan perjanjian.
Praktikum elektronikanya ga bisa tergantikan. Maksudnya ga bisa dimajuin
waktunya. Alhasil ternyata Faris lebih memilih praktikum yang cuma 1 SKS dibandingkan
kekeluargaan kami yang ‘tidak-ternilai’ SKS. Dasar penguntit nilai, pengkhianat
keluarga. -_- tapi ya gapapa lah yaa, Bima, Winna sama Ogi masih bisa
menyemarakkan, atau lebih tepatnya memporak-porandakan suasana kok. Hehehe
Oke akhirnya saya membesarkan jiwa dengan empat
orang sisanya yang akan menjadi rekan perjuangan di Palutungan nanti. Pas hari
H, tanggal 24 Oktober 2013, Pukul 18.30 WIB. Saya datang ke sekre dan tenyata
kecuali saya, ga ada satupun dari 4 orang lainnya ada di sekre. Padahal kami
mau agendain berangkat jam 9. Wah saya udah garuk-garuk perut, karena laper
emang. Hehe
Iya saya garuk-garuk kepala juga, bingung.
Bener-bener belum ngapa-ngapain. Saya aja belum packing barang pribadi.
Aduh gimana ini..
Tapi ga lama, Anton datang dengan sayap
malaikatnya, dan membantu menyiapkan logistik. Bima dan Winna juga datang
akhirnya dan mulai ngumpulin logistik. Saya sibuk apaan ? Sibuk bikin rencana
operasional perjalanan (ROP)! Baru dibikin pas hari H coba! Nggak bikin chaos
gimana.. Bada Isya, Faris datang dan ikut bantuin. Hafizh juga lagi belanja
logistik. Wah kami bener-bener very fast preparing!
OGI !
Ogi mana Ogi ??
Aku nelpon Ogi, dan ternyata dia lagi ngerjain
tugas di dalam rumahnya yang nun jauh sana di Sumedang.
AAAAAAAAAAAAAAA !!! Saya langsung heboh nelpon Ogi. Demi apapun,
pertama kalinya itu saya nelpon operator lain di kala malam begini, kok keren
banget ya ga peduli sama pulsa. Hahahaha
“Ogi, Ogi dimanaaa!??” Kata saya excited.
Panik lebih tepatnya. Bukan panik mikirin Ogi ikut atau nggak, tapi panik
mikirin pulsanya cukup apa enggak
“Di rumah dil, lagi ngerjain tugas. Kalau udah
beres nanti kesana..” kata Ogi minta ditabok.
Saya melototin jam dinding yang tergantung di
Sekre. Pukul 22.15 WIB.
Ogi mau aku bunuh jam berapa!?
Pengennya saya jawab gitu. Tapi yang keluar
malah,
“Ogi, mau beresin tugas jam berapa ? Kita udah
mau berangkat.” Saya mulai pesimis.
“Ga tau, dil. Masih banyak yang belum selesai.
Beberapa jam lagi mungkin.”
Fine. That’s the answer. You’ll not join us!
Aku bicarain masalah itu ke Kang Swach,
dedengkot Caldera sekarang. Beliau ngasih saran untuk ijin ke Ogi untuk
berangkat sekarang tanpa menunggu Ogi. Karena kalau kayak gini kan ga jelas
jadinya mau berangkat jam berapa. Waaahh kacaunya udah kayak apaan dah.
Semuanya panik, karena kucing sekre tiba-tiba hamil di luar nikah.
Semuanya panik. Saya mau gerogotin tembok
saking geregetnya.
“Iya atuh.. sok aja berangkat. Maaf ya aku ga
ikut… ” kata Ogi ketika saya telpon lagi akhirnya.
Ah, jadi empat sekawan. Tuhan, betapa aku lesu
sekarang. Sepi banget dong jadinya ... Huhuhu
Eh, Allah langsung ngasih jawaban.
“Dil, kang Imbar ikut.” Kata kang Swach.
Untuk beberapa saat, aku terdiam tak dapat
berkata apa-apa.
Saya
perkenalkan spesies yang barangkali baru muncul namanya di tulisan saya.
Namanya Mohamad Imbar Fitriadi. Jenis langka yang hanya ditemukan di
tempat-tempat ekstrim yang tidak ditinggali oleh alga dan jamur. Seorang Kang Imbar itu bisa mewakili empat orang.
Beliau ini sangat tidak bisa diam baik mulutnya maupun tangannya. Orang yang
sangat cekatan meski dalam hal ngebully orang. Ah, Ogi kenapa ga ikut.
Karena Ogi satu-satunya yang dapat mematikan identitas kang Imbar sebagai
seorang senior yang mesti dipanggil ‘Kang’. Wahahahaha besok Ceremai rameeee …
Karena
itu pendakian kali ini, tim kami ada lima
orang dengan tingkat kebisingan setara delapan orang! Alhamdulillah.. hahahaha
#paragraf
ini khusus untuk kang Imbar hehe
Akhirnya, persiapan logistik beres. Siap-siap
upacara pelepasan. Lisa juga pas upacara datang sambil dijemput Arli. Aduh,
kangen banget sama si Ratu Danus ini. Wahai anda sekalian para pembaca, harus
tahu bahwa di bawah manajemen danusnya, Lisa bisa menghasilkan 1.5 juta rupiah dalam waktu dua minggu! Keren banget dah mbok-mbok
yang satu ini. Lisa ga bisa ikut pendakian karena dia harus megang kepanitiaan
Blazture tanggal 26 Oktober 2013, yaaa dia jadi babunya Ipank yang kebetulan
jadi guest star di Blazture.
Rivo ga dateng. Kecewa deh. Padahal dia salah
satu tokoh kunci di angkatan kami. Kalau Winna didaulat sebagai ratu galau
Caldera, Hafizh sebagai koordinator non-ngenges, Bima sebagai preman dari
lembah kegundahan, Faris sebagai ketua perkumpulan playboy se-Bojong Kenyot,
Arli sebagai ‘emang-emang tukang nyilet orang’, Anton sebagai Mas-mas kentang,
Lisa sebagai money-source, Ogi sebagai jajaka se-arboretum, maka Rivo
adalah ikon yang misterius. Kasarnya, dia ngasih nilai jual ke angkatan kami
dengan misteri yang menyelubungi dia. Rivo bisa nutupin anjloknya IQ angkatan
kami dengan sikap dia yang cool. Ah Rivo, udah lama ga ketemu. Kangen
banget sama elu, broo :(
Setelah upacara yang berlalu dengan khidmat,
kami berfoto terlebih dahulu. Ini nih, foto sebagian anggota keluarga Caldera
Kema FMIPA Unpad :)
Atas, kir-kan (Lisa - Arli - Hafizh - Saya -
Winna - Faris - Bima), Tengah, kir-kan (Kang Windo - Kang Imbar - Teh Remi - Teh Nidia - Kang Antono), bawah,
kir-kan (Kang Irdi - Kang Swach - Kang Ryan)
Kami berangkat. Yang nganterin kami sampe naek
bus ada banyak. Kang Sandi, kang Antono, kang Ryan, Lisa, Arli, Faris. Anton
lagi sakit jadi dia tidur di Sekre. Tapi saya yakin kok, dia pasti mendoakan
kepergian kami dengan tangis yang setulus hati. J
Setelah menunggu bus lewat beberapa lama, kali
ini kami beruntung karena beneran naik bus. Biasanya kan ada elf-elf ga jelas
yang menjerumuskan kami dalam kenistaan saat membayar ongkosnya.
Jam 12 kurang lah yaa pas masuk bus tuh. Saya
dan yang lain melambaikan tangan kepada teman-teman yang tidak ikut. Lambaian
tanda “kasian deh lo” karena ga ikut lempar jumroh pas umroh nanti.
Apaan sih.
Lambaian tanda memohon, agar mereka terus
mendoakan keselamatan kami di Ceremai entar. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar