22 September 2012, kami diberi penghargaan atas
kekompakan kami dengan sebotol Fanta yang pertama kali kami beli dengan
keringat dan kerja sama kami. Sampai saat ini, belum kami nikmati rasanya
bahkan setetes pun Fanta pemberian mawar kami. Kami merasa belum pantas untuk
menikmatinya. (sebenarnya, gak ada waktu untuk minum fanta rame-rame. hhehe)
11 Oktober 2012, kami diberi dua box es krim yang
diberikan kepada kami atas usaha kami membuat mawar-mawar kami bahagia dan
gembira. Eskrim belum juga kami nikmati karena kerendahan hati kami untuk
merasa belum pantas menikmatinya. (gak sih, cuma anak cewe pada takut gemuk
jadi ga jadi mulu deh)
16 Oktober 2012, hari ditamparnya kami sebagai
keluarga, hari dibantainya kami sebagai mahasiswa, hari dibunuhnya teman kami
oleh keadaan. pada hari ini, salah satu saudara terbaik kami, Tri Setyo
Hidayat, menyatakan kepindahannya dari kampus ini ke sebuah kampus di suatu
kota. Alasannya karena ia ingin menjaga ibunya dan tak ingin kehilangan ibunya.
ia yang menyatakan kepindahannya dengan begitu tiba-tiba membuat kami semua
merasa tertekan. Kami baru bersama-sama selama kurang lebih 2 bulan, tapi sudah
ada yang merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Tri selama ini selalu tampak
tidak merespon terhadap apa-apa yang kami hadapi. Dia tidak pernah mengeluh
dengan kerasnya suasana praktikum, dia jarang berkomentar atas bengisnya tugas
dari dosen, Tri hanya diam. Hanya diam yang sesekali tersenyum. Dan akhirnya,
dia mengungkapkan kelelahannya dengan cara yang paling tidak kami suka. Pergi
meninggalkan kami.
Hari itu dia akan dijemput oleh orangtuanya sekitar
pukul 9. Setelah matkul PKN selesai, aku dan teman-teman segera menuju kosannya
dan memprediksi akan masuk kelas Matdas pada pukul setengah sebelas.
Tri benar-benar meninggalkan kami. sudah bulat
tekadnya untuk membahagiakan ibunya. Tri semoga dimana pun kau berada, kau
selalu sukses dan bahagia. jangan lupakan kami, saudaraku.. semoga kita bertemu
lagi...
karena kondisi terbawa suasana itulah, kami telat
masuk kelas matdas. masalahnya, diantara kami tidak ada yang sama sekali ijin
ke dosen untuk datang telat. Maka, ngamuklah dosen yang mengajar kami.
Mawar-mawar kami juga kena imbasnya. mereka menyatakan kekecewaannya pada kami.
Sungguh, tak ada niat sama sekali untuk mengecewakan mereka, dosen, dan bahkan
orang tua kami. Aku sangat takut jika ibuku tahu kalau aku dan teman-temanku
banyak ulahnya disini. Ya Allah, bukakan pintu hidayah kami...
Setelah melobi dosennya, sang dosen bersedia masih
mengajar kami. namun satu dosen lagi yang lebih senior merasa tersinggung
dengan ucapan yang boleh dibilang aku punya andil besar di dalamnya. Aku pusing
.... gundah, gelisah pula.. aku merasa terbantai sebagai mahasiswa, telah
mengesampingkan amanah orang tua yang disampirkan di pundakku. Maafkan anakmu
ini, bu...
Masa-masa pengembangan biasanya kami lalui dengan
baik. tak kami ketahui bahwa salah seorang saudara kami, Hutapea, yang biasanya
setiap pengembangan dia hanya duduk memperhatikan kami berlari mengelilingi
lapangan, dalam hatinya ia juga ingin berlari. Hutapea punya kelemahan pada
fisiknya yang tak bisa aku sebutkan. Nekat, dia berlari sprint dengan ditemani
seorang senior. Nekatnya dia itu, tidak berakibat baik pada fisiknya. Maka sore
itu juga dia langsung dibawa ke klinik karena tubuhnya kembali mengalami
gangguan. dan saat kulihat gurat-gurat penderitaan di wajahnya, tak tahan aku
membayangkan rasa sakit yang ia rasakan. Mengapa dia menjadi bodoh sore ini?
mengabaikan kesakitan tubuhnya demi terlihat berlari bersama-sama kami? Inilah,
Hari Titik Balik kami sebagai MAHASISWA. Kami telah menuai banyak masalah
sebelum hari ini. semoga selanjutnya kami akan terus memperbaiki kesalahan kami
dan menjadi yang terbaik. amin.
urang aamiinkan lagi
BalasHapusaamiin..
BalasHapusmawar???