“PRANG!!”
Semua terdiam. Tak ada yang
sanggup melihat kejadian yang terhampar di depan mata mereka sendiri. Sekarang,
dua gadis itu tinggal memakai korset untuk menutupi tubuh mereka yang mungil. Pakaian
yang telah berserakan. Perkelahian yang mengerikan.
“Heh gadis sial! Kurang ajar kau
pecahkan pot bunga ciptaanku!”
“Kau yang bajingan. Mencuri
cangkir keramik kesayanganku!”
“Sialan! Apa buktinya sinting!? Aku
pun tak tahu cangkirmu dimana!”
“Cangkir kuning yang retak
tepinya! Kau sudah melihatnya berkali-kali! Tadi kau kutinggalkan dengan
cangkir itu dan sekarang cangkirnya lenyap! Siapa lagi yang harus salahkan!?”
Kata-kata tak sanggup lagi
mewakili kemarahan mereka. Maka adu fisik adalah jawaban pamungkas. Siang yang
panas di Jakarta. Setiap orang merasa gerah, dan malas untuk melerai
pertengkaran diantara manusia, yang sudah menjadi semakin lazim.
“Imeeey, cangkirmu ini bagus
sekali. Rasanya kopi krimernya menjadi sangat enak. Ada yang mau? Wah, banyak
orang disini..” Mas Gus tiba-tiba masuk ruangan, sambil dengan santainya membawa kopi
krimer buatan Sukri dalam sebuah cangkir kuning yang retak bagian tepinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar