Rabu, 20 Mei 2015

Derak dalam Desak

Selalu begitu, akhir – akhir ini kembali seperti itu lagi.
Dulu, ketika masih semester 3, sangat dahsyat berontak – berontak itu. Ya, hati bergejolak, kepala selalu bergolak. Ingin pindah kuliah. Merasa amat sangat tidak bernyawa untuk belajar mengenai hal – hal saintis ini. Kenapa gejolak itu bisa teredam? Yaaah.. terlalu kuat faktor redamannya. (Sial, jadi bawa-bawa bahasan gelombang).

Seseorang dengan inisial AA (Bukan artis short time ya), memberi saya pelajaran. Mengatakan hal – hal yang fluktuatif, tak bisa ditebak apakah ia mendukung atau melawan keputusan saya untuk pindah kuliah. Saya bingung, ini orang maksudnya apa. Tapi nasihatnya yang melawan keinginan saya untuk berontak, ternyata membuat saya lebih tenang. Hingga akhirnya teredam, tapi nampaknya tidak benar – benar menuju keadaan diam. (jadi bahas gelombang lagi -_- bangz)

Kemudian, dia pergi, entah pergi, entah apa. Yang jelas , saya awalnya tetap mampu mengikuti segala hal gila ini, mengikuti nasihatnya. Karena salah satu nasihat utamanya, ‘Pikirkan ibu kamu’
Sekarang sudah semester 6, sudah mau uas juga. Kuliah semakin sedikit, tapi semakin menekan. Dan usia juga sudah 20-an, plus satu bahkan. Kemudian. Saya belum menjadi apa –apa. Pelan – pelan, derak – derak mulai bermunculan, menyobek – nyobek pikiran. Mengatakan hal – hal angkuh yang menyudutkan diri sendiri. Mempertanyakan keberadaan saya. Dalam keadaan terdesak, di bawah tekanan dalam mengerjakan tugas yang jarang saya beri hati saat mengerjakannya, saya suka keadaan itu.


Kepala saya mau meledak. Jantung saya seakan pindah ke ubun –ubun, segalanya berdetak di kepala saya. Adrenalin meningkat, dan keputusan – keputusan ekstrim diciptakan. ‘Pikirkan ibu kamu’  hanya menenangkan sesaat. Kemudian gejolak nya semakin besar. Ada penguatan yang mengatakan ‘Sedang apa kamu disini? belum ada kata terlambat untuk sadar’
Seketika keberanian memuncak, kegilaan sedang gila-gilanya, dan saya ?

TERJEBAK. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar