Barangkali hujan membasahkan semua
Angin malam menyudutkan hati yang terlupa
Gunung – gunung bersumpah bisu
Engkau anak baru di Semesta Raya
Remang malam tiada bintang, aku berdiri satu kali
Berdoa, berkali – kali
Engkau mulai berdiri
Sekali, berdoa, berkali – kali
Terserah aku, terserah diriku
Maumu adalah detak sesungguhnya
Bagaikan buah hati, permata abadi
Aku berpinta, engkau seluruh niscaya
Usia berada di ambang batas
Aku menua, bahkan juga ini rupa
Bumi perlahan, hancur tinggal inti
Tapi engkau? Aku tak akan biarkan tiada
..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar