Senin, 17 Desember 2012

Kakak Lelakimu


Kau terdiam diantara ratusan orang yang bersorak sorai. Semuanya terasa cepat di matamu. Hari ini, termasuk juga pemilihan walikota siang itu. Kau memang tidak mengerti apa-apa meski kau juga berdiri di sana. Tapi kau merasa tidak senang begitu melihat kakak lelakimu berdiri di atas podium dan semua orang bertepuk tangan. Kakak lelakimu hanya berdiri disana, tidak mengucapkan sepatah kata pun seperti yang dinantikan semua orang. Ayahmu yang berdiri di samping panggung mulai berkeringat dingin dan meneriaki hal-hal yang tidak perlu untuk menyemangati kakak lelakimu. Kau makin tak suka, dan pergi dari tempat itu.
Malam ini, kau tidak keluar dari kamarmu di lantai dua. Ayahmu yang mengadakan pesta besar-besaran, tampaknya tidak peduli apakah kau harus berada di meja makan malam ini atau tidak. Kau mengharapkan hal itu, dan kau tidak ingin keluar dari kamarmu. Kau ingin melindungi dirimu, karena kedepannya kau merasa bahwa akan ada hal mengerikan yang terjadi.
SAUDARAMU BEKERJA, MEMBUNUHMU, DAN SEGALANYA
Kau terjaga. Keringat dingin yang membasahi keningmu, tidak kau seka. Jam dinding menunjukan pukul satu dini hari. Kau duduk sejenak dan kemudian berbaring lagi. Meski jantungmu berdegup kencang, dengan cepat kau ingin terlelap lagi. Tak apa, hanya mimpi biasa. Pikirmu.          
***
“Tolong semuanya diangkat hingga ruangan di sudut itu!” kata ayahmu. Beberapa orang mengangkat sebuah meja besar dan perlahan-lahan membawanya ke sudut ruang yang ditunjuk Ayahmu. Kau keluar dari kamarmu, dan mendapati kakak lelakimu telah berdiri di depanmu.
“Ada apa? Kenapa semalam tidak ikut makan malam?” tanya kakak lelakimu. Kau terdiam dan merasa tak perlu menjawab. Kau berlalu, tapi kakak lelakimu tidak. Ia menahan tanganmu perlahan. Kau menepisnya dengan agak kasar.
“Ada apa, Kiran? Kau tidak senang aku menjadi walikota?” tanyanya lagi. Dengan pertanyaan itu, kau semakin malas menjawab. Kau baru saja memberanikan diri keluar kamar, tapi kakak lelakimu malah membahas hal-hal yang sama sekali tidak ingin kau bicarakan.
Diamlah! Sepagi ini kau sudah bertanya macam-macam. Saranku, sekarang mulailah bekerja. Aku sudah menjadi rakyatmu sekarang. Jangan anggap aku sebagai adikmu lagi! Agar kau adil, dan jadi pemimpin yang adil! Katamu tegas. Kau bukan mengatakan jawaban atas pertanyaan kakak lelakimu, kau malah mengatakan kata-kata yang tidak ingin didengarnya. Lalu, kau pergi dengan cepat, tak ingin bila kakak lelakimu menahan tangamu lagi.
“Khalif! Kemarilah! Lihatlah ruang kerjamu!” teriak ayahmu lantang. Kau tidak dipanggil olehnya, tapi kau yang mendekatinya. Tanpa menunggu izin dari ayahmu, kau melihat apa yang ingin diperlihatkan ayahmu.
Ruangan yang lux.
Dinding ruangan itu dilapisi wallpaper motif klasik yang terlihat anggun. Di beberapa tempat, dipajang lukisan-lukisan karya almarhumah ibumu. Sebuah meja besar dengan kursi besar pula, terletak agak menyudut dekat jendela yang menghadap ke kolam belakang. Gemercik air yang terdengar dari kolam akan membuat nyaman siapa saja yang bekerja di ruangan itu. Jendela-jendela yang besar, dipasangi tirai-tirai cantik buatan tangan. Sofa baru berwarna senada dengan wallpaper, tampak mempercantik ruangan luas yang lantainya ditutupi karpet ekspor dari Eropa Timur itu. Satu dua bonsai dipajang di beberapa tempat utnuk mempersegar suasana. Sebuah lampu kristal tergantung, menambah keelokan ruangan. Kau sekilas melirik ayahmu dan kakak lelakimu yang sudah berdiri disamping ayahmu,
“Aku kurang suka dengan lampu kristal itu. Ruangan ini terlalu seperti ruang-ruang kantor. Bagaimana kalau aku memajang piala dan medaliku di sebelah sana, dan menyimpan mikroskopku di sebelah sini. Aku ingin ruanganku seperti ruang kerja ilmuwan.” komentar kakak lelakimu. Kau pergi begitu saja setelah mendengar komentar kakak lelakimu.  
“Karin, kau tidak ingin memberi komentar?” tanya ayahmu. Kau membalikkan tubuh sebentar dan menggeleng pelan pada ayahmu yang kebingungan melihat tingkahmu. Kemudian, kakimu melangkah lagi dan entah kemana kau akan pergi. Terus memikirkan kakak lelakimu yang walikota tapi ingin menjadi ilmuwan itu, akhirnya membuatmu merasa bingung setiap memilih sikap.  
SAUDARAMU, MEMBUNUHMU, DAN SEGALANYA
Tiba-tiba terlintas kembali mimpi itu. Mimpi yang menghantuimu semalam. Entah menghantui, atau memberi petunjuk. Petunjuk? Petunjuk apa? Mungkin saja mimpi tadi malam hanya bunga tidur belaka. Tapi mengapa ada sangkut pautnya dengan kakak lelakimu? Kau menggeleng pelan untuk mengusir pening yang mulai menjalar di kepalamu. Dengan cepat, kau melupakan semuanya.
                                                                  ***
Otak jeniusnya mulai bekerja ke arah yang membingungkan. Batinmu.
Hari ini genap dua tahun kakak lelakimu menjadi walikota. Ia sudah banyak membuat perubahan besar di kota ini. Mengganti semua bawahannya yang berpikir politik dan demokratis dengan orang-orang berusia amat muda yang berintelegensi tinggi dan berpikir secara matematis. Program kerja walikota terdahulu yang diberi nama ‘Lima Tahun untuk Rakyat Maju yang Mengerti UUD 1945’, tidak dilanjutkan oleh kakak lelakimu yang malah membuat program kerja baru berjudul ‘Lima Tahun untuk Rakyat Cerdas yang mengerti Rumus Linear Bangsa’. Kakak lelakimu bukan orang yang senang menyelewengkan uang, tapi senang menggunakan uang pembangunan kota untuk membangun sekolah, perpustakaan, serta memberikan pendidikan gratis hingga SMA secara menyeluruh. Juga mengembangkan teknologi cloning untuk mengembangkan peternakan. Untuk yang satu ini, kakak lelakimu telah mendapat teguran dari pemerintah. Teguran yang membuat jantung ayahmu kambuh.
Tindakan kakak lelakimu dalam pemerintahan membuat seisi kota merasa bingung memilih sikap.
Tapi kakak lelakimu tidak ingin menyerah, Bahkan semakin ambisisus. Sampai saat ini, kau masih belum peduli. Bahkan ketika ruang kerja pemberian ayahmu menjelma menjadi laboraturium karena dirombak habis-habisan oleh kakak lelakimu, kau tidak peduli, atau kau menyembunyikan kepedulianmu?
Kau membuka pintu ruangan kerja kakak lelakimu yang tidak pernah terkunci. Sampai saat ini, kau tidak tahu alasan kakak lelakimu yang tidak pernah mengunci ruangannya. Namun kau tak memusingkan hal itu. Kakak lelakimu tidak ada di ruangannya, dan kau tersenyum. Ruangan itu rapi meskipun sekarang lebih mirip dengan ruang pengamatan. Kakimu mulai bergerak mendekati jajaran lemari buku. Begitu sebuah lemari buku hanya berjarak beberapa inchi dari tempatmu berdiri, tanganmu mulai merayap mencari buku. Lemari ini berisi buku-buku ensiklopedia edisi bahasa Spanyol yang akhirnya membuatmu berpindah ke lemari buku sebelahnya agar menemukan buku yang dimaksud. Kau begitu fokus sehingga tidak memerhatikan bahwa ada beberapa kamera yang mengintaimu, merekam semua yang kau lakukan. Kau begitu fokus, atau tidak tahu perihal kamera tersembunyi itu?
Kau mengangkat sebuah buku tebal, ensiklopedia edisi bahasa Inggris. Tak apa, katamu karena kau bisa menerjemahkannya. Begitu semua urusan selesai, kau segera keluar dari kamar itu. Tak membayangkan apa yang selanjutnya terjadi. Kamera-kamera tersembunyi sudah merekam aktivitasmu di ruangan itu dengan baik dan sedetil-detilnya.
Kau tersenyum sendirian di kamarmu, merasa beruntung memiliki kakak yang senang membaca. Setidaknya, ensiklopedia yang kau temukan di ruangan kerja kakak lelakimu itu dapat membantu penyusunan skripsimu. Lembar demi lembar kau baca dan kau nikmati karena buku itu benar-benar lengkap. Beberapa saat kemudian, kau baru menyadari bahwa ada halaman di buku itu yang tampak diganjal sesuatu. Kau membukanya, dan menemukan beberapa lembaran kertas yang dilipat. Tanpa berpikir panjang, kau membuka lipatan kertas-kertas itu. Kertas-kertas yang berjudul ‘Proyek Komandan’.
Kau baru akan membaca isinya, tiba-tiba seorang datang dan menampar pipimu. Jantungmu serasa mau copot karena saking kagetnya. Kakak lelakimu dengan cepat merampas ensiklopedia dan lembaran kertas yag kau pegang. Kau makin kaget. Kakak lelakimu baru saja menamparmu.
Kau sudah gila apa!? Masuk tiba-tiba dan menamparku! Kemarikan ensiklopedianya!
“Kau masuk ke ruanganku dan mengambil buku tanpa meminta izin dulu padaku? Kau tak punya etika, Karin?” balas kakak lelakimu. Kau terperangah mendengarnya. Tak menyangka bahwa kakak lelakimu tahu apa yang kau lakukan di ruangannya. Dia tahu dari mana!?
Baik, untuk hal itu aku minta maaf… tapi aku membutuhkan ensiklopedianya! Kumohon karena koleksimu adalah yang terlengkap untuk membantu penyusunan skripsiku!
“Kalau kau membutuhkan bukunya, mengapa kau membuka hal yang lain? Kertas-kertas ini?”
Aku hanya iseng saja… maafkan aku! Kumohon, beri aku pinjam buku itu!
Kakak lelakimu tidak mendengarkan. Ia keluar dari kamarmu dengan membawa ensiklopedianya. Kau terduduk lemas di kasurmu. Merasa aneh dengan sikap kakak lelakimu yang semakin dingin itu. Lembaran-lembaran kertas itu, ada apa dengan mereka? Mengapa Khalif tidak ingin aku membukanya? Mencurigakan…. Kau terus berpikir.                    
SAUDARAMU BEKERJA, MEMBUNUHMU, DAN SEGALANYA
Mimpi itu beberapa waktu ini terus mendatangimu. Kau semakin tidak bisa tidur dibuatnya, karena kau masih belum mengerti arti dari mimpi itu. Namun tiba-tiba matamu membesar, nafasmu memburu cepat, dan dadamu berdegup kencang. Kertas-kertas tadi, mungkinkah petunjuk berikutnya!? Sekarang perasaanmu merasa semakin terancam.
                                                                  ***
Stres menyikapi sikap kakak lelakimu yang semakin dingin dan acuh, membuat ayahmu pindah dari rumah itu dan tinggal menyendiri di villa milik keluargamu. Kau yang ingin menemani ayahmu, mencoba menahan diri karena ada yang harus kau selesaikan di rumah ini. Makin hari, segalanya semakin jelas. Kau mulai membuat prediksi mengenai ‘Proyek Komandan’ kakak lelakimu. Kau terus mengamati kakak lelakimu meski kau tidak berani untuk masuk ke ruangan kerjanya lagi. Seminggu pengamatan yang kau lakukan, kau membuat dugaan bahwa kakak lelakimu sedang menyembunyikan sesuatu dan membuat proyek rahasia.
“Jadi kau mengundangku ke rumah hanya agar aku menceritakan tentang kakakkmu yang tinggal serumah denganmu, Karin?” tanya Anggra. Kau tersenyum menanggapi pertanyaan itu.
Aku hanya ingin tahu bagaimana ia bekerja. Dia sangat sibuk. Katamu berdusta.
“Kau ingin aku menceritakan apa tentang kakakmu?” tanya Anggra kemudian.
Segalanya yang kau tahu tentang dia, Mas. Kau kan bekerja dengannya setiap saat. sahutmu dengan nada memohon.
“Tapi kau ini adiknya, dan kau seharusnya lebih tahu dia dibandingkan aku?”
Mas, bagaimana aku bisa mengetahui kakakku jika ia selalu pergi pukul lima subuh dan kembali pulang pukul dua pagi? Saat-saat dimana aku sedang istrirahat, dia malah baru pulang! Kumohon ceritakan proyek-proyek kakakku yang ingin ia realisasikan! Kau semakin memohon, lebih tepatnya memaksa. Anggra menatap ke arahmu dengan pandangan penuh tanya dan kasihan. Kau semakin tegar dan berusaha tidak terlihat mencurigakan.
“Tapi aku tak yakin jika kau mampu mendengar semua ceritaku…” kata Anggra bimbang.
Aku siap mendengar apapun!
Kau yang keras kepala, membuat lelaki itu merasa bingung.
“Eu… begini, aku pikir selama ini kakakmu adalah orang yang suka bekerja keras. Dia jenius, ambisius dan cepat tanggap, namun juga tak peduli. Sewaktu mengetahui bahwa di usianya yang masih amat muda untuk ukuran walikota itu dan dia terpilih untuk memimpin kota ini, aku tidak kaget. Dia ahli strategi dan suka sekali menyusun rencana untuk jangka waktu yang amat panjang. Pikirannya luas, dan dia seorang sustainabiliner,”
“Kau juga pasti tahu hasil kerjanya selama ini, kan? Merombak kota disana-disini, dan membuatnya menjadi seperti Perpustakaan raksasa. Benar-benar menginginkan kecerdasan menyeluruh di kota yang ia pimpin. Yahh… aku rasa sistem pemerintahannya tidak begitu mengganggu, tapi dengan sikap anti-demokratisnya itu, dia jadi mengabaikan aspirasi dari rakyat. Yang kupikirkan hanya satu, jika dia begini terus, suatu saat dia akan digulingkan,”
“Eh, maaf! Bukan maksudnya aku mendo’akan kakakmu akan digulingkan….”
Tidak apa-apa, teruskan, Mas….
“Sebagian besar dari proyeknya berhasil, dan hal itu membuat dia merasa percaya diri. Sekarang dia sedang menyusun sebuah proyek besar yang masih dirahasiakan dari orang banyak. Namanya Proyek Komandan.”
Kau berseru senang dalam hatimu. Inilah saatnya!
“Dia….” Anggra menarik nafas, seolah akan menceritakan titik klimaks dari sebuah cerita.
Tiba-tiba ponselmu berbunyi, menyebabkan cerita Anggra terpotong. Nomor ayahmu menghubungimu.
“Karin, ini Pak Sahri, ayahmu dilarikan ke rumah sakit! Jantungnya kambuh!”
Kau tercekat mendengarnya dan langsung pergi meninggalkan Anggra.
“Karin! Ada apa!?” Anggra mengejarmu. Tapi kau tidak mendengarnya, dan segera melesat dengan VW-mu.
Ponselmu berbunyi lagi. Kali ini ada pesan dari Anggra.
Apapun yang membuatmu berlari begitu cepat, tentu tentang sesuatu yang mengkhawatirkan. Padahal, kakakmu saat ini lebih mengkhawatirkan lagi. Tapi bagus kau pergi sekarang, sebaiknya kau jangan pulang ke rumah untuk beberapa waktu. Suatu hari aku akan menjelaskannya.
Meski agak bingung dengan pesan itu, kau tidak peduli dan terus memacu mobil.
                                                                  ***     
Proyek Komandan adalah…
“Tidaakkkk!! Saya tidak ingin diusir dari rumah!”
“Ibuuuu!!!”
“Ayaaahhhh!!!”
“Saya tidak sudi rumah saya digusur! Rumah ini mahal!”
“Untuk apa saya diusir! Si Khalif ngasih perintah aneh apa lagi!? saya tidak mau digusur!”
Apapun keluhan itu, segalanya tetap berjalan. Proyek Komandan adalah penggusuran 12 kecamatan sekaligus, pembangunan sebuah Taman Pendidikan Raksasa, mengundang orang luar negri, keluhan rakyat, keegoisan Sang Walikota, perhatian yang besar terhadap dunia pendidikan, acuh pada rakyat, keegoisan, kemauan, keluhan lagi, sanjungan pada ilmu, kejeniusan, kebodohan dalam bijak, penderitaan, kemajuan, keegoisan lagi, pembangunan, penggusuran, pemberontakan!
“Kita gulingkan Khalif!”
Semua penduduk dari 12 kecamatan dan kecamatan-kecamatan lain sepakat,
Menggulingkan sang Walikota!
“Khalif! Ayo! Helikopter sudah menunggu!” teriak Anggra. Khalif tersenyum memandang helikopter yang masih melayang-layang di atas gedung ini.
“Kita mau kemana? Sudahlah berdiam disini saja. Kita akan menikmati pembangunan infrastruktur yang akan menjadi keajaiban dunia! Baru tahap penggusuran, kok sudah pergi!?”
“Ini bukan masalah pembangunan lagi! Rakyat memberontak! Dibawah, banyak sekali orang yang berusaha masuk kesini untuk menebas kepemimpinanmu!” Anggra mendekati Khalif dan memukul teman semasa kuliahnya itu.     
“Kau! Kenapa sejak awal memerintah dengan sistem seperti ini, hah!? Egois! Keparat!”
Khalif hanya tersenyum dan mengusap bibirnya yang berdarah.
“Anggra, kau pergi saja… aku ingin menikmati pembangunan proyek besar ini…”
Anggra langsung menarik tangan Khalif, “ayo kita pergi!”
Khalif segera menepisnya. “pergilah, aku ingin disini. Aku masih walikotamu, jangan membantah! Pergilah, Anggra!”
 “Terima kasih selama ini sudah membantuku. Kau sahabat yang baik…tolong bawa Karin. Jika kau bertemu dengannya, katakan padanya…” lanjut Khalif.
Anggra termangu. Dadanya serasa sesak. Air matanya seakan tak sabar untuk menggenang di sudut matanya. Namun, ia berhasil mengendalikan dirinya.
“Kau ingin mengatakan apa pada Karin?”
“Katakan padanya, maafkan aku jika selama ini terus mengganggunya. Katakan padanya, bahwa aku mencintai dan menyayanginya.”
Anggra semakin terpaku. Kakinya merasa enggan pergi, ia mengerti Khalif. Khalif adalah orang yang tak ingin meninggalkan pekerjaannnya apapun itu resikonya. Tiba-tiba Anggra merasa ingin menemani Khalif disini. Berdua disini, sebagai sahabat. Bukan sebagai rekan kerja.
“Pergilah! Ini perintah dari walikotamu!”
Tanpa permisi lagi, Anggra segera berlari ke atap untuk segera menaiki helikopter yang sebentar lagi akan lepas landas. Begitu menaiki helikopter, Anggra tak kuasa menahan bendungan air matanya yang ia biarkan menitik begitu saja.
Khalif tersenyum getir. Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka, puluhan orang berusaha masuk dan menemukan seorang laki-laki berdiri sendirian disana, tengah tersenyum melihat sebuah helikopter terbang melesat melintasi kota.
“Itu dia walikota! Kita bakar dia!”
“Kita bunuh!”
Siang ini panas sekali, batin Khalif. Tapi tidak apa-apa… jika Taman Pendidikan itu selesai, hatiku akan sejuk kembali…
 Khalif tak mendengar apa-apa lagi. Ia hanya ingin seluruh mimpi-mimpinya terwujud.
                                                                  ***
Aku tak pernah ingin menjadi pemimpin. Aku hanya ingin jadi orang cerdas, dan  hanya menginginkan perubahan, revolusi dari pemerintahan yang sebelumnya, pemerintahan yang dirasa tidak membahagiakan dan memajukan rakyat, pemerintahan yang penuh cela, pemerintahan yang demokratis namun apatis, pemerintahan yang sarat kolusi dan nepotisme, pemerintahan yang penuh janji namun tak ada bukti, pemerintahan yang kacau, pemerintahan yang tak menghasilkan, pemerintahan yang dicatat sejarah kelam bangsa. Aku akan berjuang dengan caraku sendiri. Bagaimana pun juga, aku tak akan terikat oleh siapa-siapa. Aku akan tetap menjadi pribadiku yang begini, yang kadang aku tidak mengerti tentangnya. Yang kadang Ayah dan Karin pun tidak mengerti dibuatnya. Ayo mulai berjuang! Tidak apa-apa jika tidak ada yang mau membantuku, aku bisa bekerja sendirian. Di dunia ini, atau dunia selanjutnya, aku bisa bekerja sendirian.
Pandanganmu kosong. Tanganmu perlahan menutup diari kakak lelakimu yang berhasil kau curi sebelum akhirnya kau pergi menemani ayahmu. Kau melirik ayahmu yang masih tertidur di sampingmu. Wajahnya pucat sekali. Di depanmu, televisi sedang menayangkan penggulingan dan pembakaran seorang walikota jenius oleh penduduknya yang anarkis. Seorang petugas masuk,
“Permisi, Nona, sekarang jenazah ayah anda akan disholatkan,”
Kau menatap tajam petugas itu.     
Kakakku sudah pergi, sekarang jangan kau bawa pergi ayahku. Aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi….aku bisa mati…
Benar. Kakak lelakimu sudah membunuhmu. Dengan caranya sendiri, yang tidak pernah kau mengerti tentangnya.  
Hari ini tanggal 2 Mei, Hari Pendidikan Nasional. Siang hari yang panas, dan senja akan semakin panas.
                                                                  ***   

Rabu, 07 November 2012

Yang Tak Terlihat

Akan kau kemanakan matamu?
Akankah kau hancurkan keyakinanmu?
Untuk hidup
Melihat untuk hidup
Bahwa kita hanya ada aku dan aku
Bahwa kau memiliki sesuatu yang tak terlihat untukku

Pertama kali
Kau tak terdapat di mataku
Tak kulihat kau di cermin itu
Hanya gelap bagai jelaga
Bersama sembab airmata

Akan kau kemanakan perasaanmu?
Yang akan jadi satu-satunya mata yang melihat
Apa-apa yang tak terlihat 
Bahwa hatimu untukku
Bahwa aku sudah menyerah padamu

Jumat, 02 November 2012

Seni dalam Fisika



Aku baru memasuki gerbang pertama dari perjalanan ini. Perjalanan mencari hakikat dari ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi di semesta. Fisika adalah monster bagi sebagian orang. Bagiku pun dulu begitu.. Tak sudi aku dapat nilai bagus di Fisika karena aku sangat membenci gurunya. Dan aku bisa tiba-tiba sangat ingin mendapat nilai bagus karena sedang menyukai gurunya. Aku dulu begitu. 

Tapi sekarang bukan tentang siapa yang mengajariku, tapi apa yang kupelajari.. Kesempurnaan Fisika nampak bukan saat kita berhasil menemukan hasil dari sebuah pengamatan, tapi pada saat proses pengamatan-pengamatan itu sendiri karena dalam prosesnya, keindahan muncul terus menerus untuk memberi ilham atas suatu gejala. 
Bagiku hakikat tertinggi dari Fisika adalah ilmu yang memperkenalkan kepada kita Sang Pencipta dan berbagai 'usaha'nya pada jagad semesta. Bagaimana Sang Pencipta memperlakukan semestanya bisa diramalkan dalam Fisika, dan Fisika bukan ilmu yang penuh basa-basi. 
Kita mempelajari Fisika bukan untuk menguasai dunia ini, tapi untuk mencintai diri sendiri, dan mengerti bahwa hidup ini begitu penuh dengan kejadian-kejadian yang bervariasi. 

Aku baru memasuki gerbang pertama dari perjalanan ini. Perjalanan mencari hakikat dari ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi di semesta. Fisika adalah pedoman hidupku setelah kitab suci al-Qur'an. Sekarang, dan seterusnya.

Kampung Halaman


"Hometown Glory"

I've been walking in the same way as I did
Missing out the cracks in the pavement
And tutting my heel and strutting my feet
"Is there anything I can do for you dear? Is there anyone I could call?"
"No and thank you, please Madam. I ain't lost, just wandering"

Round my hometown
Memories are fresh
Round my hometown
Ooh the people I've met
Are the wonders of my world
Are the wonders of my world
Are the wonders of this world
Are the wonders of my world

I like it in the city when the air is so thick and opaque
I love to see everybody in short skirts, shorts and shades
I like it in the city when two worlds collide
You get the people and the government
Everybody taking different sides

Shows that we ain't gonna stand
Shows that we are united
Shows that we ain't gonna take it
Shows that we ain't gonna stand shit
Shows that we are united

Round my hometown
Memories are fresh
Round my hometown
Ooh the people I've met
(Do da di di da da da da do do do do oh oh oh yaaaaaa yaa aye)

Are the wonders of my world
Are the wonders of my world
Are the wonders of this world
Are the wonders of my world
Of my world
Yeah
Of my world
Of my world yeah


Ini lagu yang jadi favoritku sekitar 4-5 bulan yang lalu dimana aku lagi pengen banget masuk ITB. Dulu aku berharap ITB jadi kampung halaman bagiku dalam menuntut ilmu. Tapi toh Tuhan tidak mengijinkan aku untuk disana. Mungkin belum.. 
Maka aku dedikasikan lagu ini untuk kampung halamanku sekarang, Universitas Padjadjaran, yang aku tidak akan pernah menyesal masuk ke dalamnya karena dengan begitu kutemukan orang-orang yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidup. 
Lirik lagu ini enak banget dengan musik latar yang semi orchestra.. Pada dasarnya aku memang menyukai karya-karya Adele karena semua karyanya simpel dan memang apa adanya dia. Terutama gaya nyanyinya yang 'nyeret-nyeret' lagu itu oke banget. Bagiku, lagu hometown glory ini hanya dia yang dapat menyanyikannya dengan manis.  

Selasa, 16 Oktober 2012

Kepada Rantau

Ada manusia yang seperti kau 
Mengubah bahagia jadi angkara 
Mengubah erat jadi cerai 

Tak kau rantaukan hatimu? 
Sedikit saja dari orang-orang yang menunggumu? 
Tak kau rantaukan ruhmu?
Demi tercapainya kami
Kami yang dengan kau

Ada manusia yang seperti kau 
Mengubah kami sedemikian rupa 
Mencintai kau apa adanya 

Dimanapun jejakmu berceritera, 
Pastikan kami ikut serta 
sebagai tokoh-tokoh 
sebagai kokoh-kokoh, penopang hatimu kawan 

Ada manusia yang seperti kau 
Yang kami cintai 
Yang pergi dari kami

Sabtu, 13 Oktober 2012

Otak SILANG part 2

Hari ini tiba. Aku hampir-hampir tidak memiliki konsep acara. Sakit di kepalaku makin menjadi-jadi. Akhirnya aku memaksakan membuat sebuah konsep secepat mungkin. acara yang kukonsep masih terasa datar. Hari ini kami harus mengikuti sebuah kegiatan islami di jurusan. Aku jalani acara itu dengan kurang tenang. Otakku terus diforsir untuk memikirkan sebuah konsep asik secepat mungkin. Aku berdoa meminta pertolongan Allah. Tiba-tiba otak gilaku hidup. ide berloncatan keluar. Aku memikirkan bahwa sebaiknya kami mahasiswa baru yang memperkenalkan senior tersebut namun dengan cara menggombalinya terlebih dahulu. Senior yang akan diperkenalkan dipersilahkan mengambil selembar kertas yang di kertas itu ada nama orang yang akan menggombalinya. Orang yang namanya tertulis disana mesti menggombali senior sampai sang senior mau memperkenalkan diri. Anak-anak saat kuberitahu rencana ini kebanyakan merasa keberatan. tapi aku yakinkan mereka bahwa ini salah satu cara untuk menghasilkan kedekatan antar angkatan. Selain itu, ada persembahan puisi berantai yang biasa dilakukan Sule, Parto dan Andre di OVJ. Teks nya kupercayakan pada NF. Untuk konsumsi pun, anak-anak tak berkeberatan untuk patungan lagi. Aku mulai siap dengan sore ini.
Waktu yang dijanjikan pun tiba. Mereka datang dengan membawa suasana santai. Acara dimulai dengan menyayikan mars jurusan. Dan dengan pengertian, mereka mempersilahkan kami untuk mempersiapkan terlebih dahulu persembahan dengan lebih mantap sambil meminta jeda waktu untuk sholat. Bahkan, mereka mengganti uang kami yang digunakan untuk membeli konsumsi. Ya Allah, terima kasih..
Setelah maghrib, acara dilanjutkan. begitu tau bahwa konsep perkenalan ada gombal-gombalan, senior langsung merasa excited terutama yang cowo. Tapi apa daya, nama orang-orang yang akan menggombal juga kebanyakan laki-laki. Jadi, perkenalan senior banyak diisi dengan 'jeruk makan jeruk'. hahahaha tapi sumpah asik. apalagi pas akhirnya senior cowo dapet cewe untuk ngegombalin dia, senior itu seneng banget. suasana benar-benar akrab dan sakit di kepalaku mulai hilang. tak kusangka bahwa acara berjalan dengan baik dan para senior sangat menikmati saat digombali. Persembahan pun dimunculkan. pembacaan puisi berantai dengan peran sebagai pejuang, pemuja cinta, dan peternak ayam dibacakan oleh Tor, Wand, dan Teri. karena puisinya berantai, penampilan mereka jadi benar-benar kocak. Senior sampe terguling-guling ketawanya (lebay deng). Mereka tampak puas dengan acara malam itu. buktinya, kita gak disuruh 'turun'. cuma baris dan kita dinasihati dengan intonasi yang penuh dengan kasih sayang (aseekk). Aku benar-benar puas malam itu. Puas karena merasa telah menjadi penanggung jawab yang berusaha sebaik mungkin. Ini mengingatkanku pada Silang pada freak day kemarin. terima kasihku tak terkira untuk angkatan d Silang kemarin karena tanpa evaluasi mereka, kami tak akan berdaya di Silang hari ini.
Ah... Persaudaraan begitu indah...

Otak SILANG part 1

Aku mulai menyadari, bahwa ternyata otak manusia itu menjadi amat reaktif ketika berada dalam kondisi tertekan. itu kusadari saat menjalani 'Silang', silaturahim angkatan di kampusku. Ini merupakan agenda yang mesti diikuti oleh mahasiswa baru di jurusan tempatku bernaung. Pada hari itu, yang kami selalu menyebutnya sebagai 'freak day', sekitar ba'da maghrib kami bertemu dengan senior kami dari angkatan sekian. suasana pada mulanya canggung, tapi kemudian perlahan-lahan mulai mencair karena kami para anak baru ini harus PDKT ke seniornya. Namun, kami terlalu asik sendiri sehingga tidak memperhatikan teman kami, Ndo, yang menjadi MC di acara itu. Ia meminta respon kami seperti tepuk tangan atau minta teriakan, tapi kami tidak mengacuhkannya karena kelelahan yang mendera kami. Acara jadi kurang koordinasi, dan suasana mulai jengah. Untuk Silang dengan angkatan ini, kami sudah diberitahu kurang lebih H-6. Jadi semestinya kami dapat mempersiapkan dengan baik acaranya. Tapi inilah yang terjadi. Para senior tidak menerima persembahan yang sama untuk 2 kali. Karena kami kebingungan, akhirnya mereka 'berganti kulit'. Kami harus menjaga koordinator kami, yang kalau di angkatan kami sering disebut sebagai pacar bersama. Kami kelilingi Tor kami dan kami lindungi dia. aku speakless saat itu. Mengapa? dalam kondisi selelah itu, aku merasa tiba-tiba punya kekuatan yang begitu besar untuk menggenggam erat tangan temanku yang berusaha ditarik keluar oleh senior. Aku berhasil mempertahankannya. Kepalaku sendiri saat itu serasa mau pecah. Selain lelah, aku bingung dengan situasi yang ada. Senior mulai meluruskan suasana. Mereka jelaskan bahwa ada saudari mereka yang tidak diperkenalkan. NPM senior yang tidak diperkenalkan itu sama dengan NPM temanku yang jarang hadir dalam acara-acara semacam ini. Angkatan senior itu merasa tidak terima. Mereka menekan kami dengan menghadirkan banyak kesalahan yang separuhnya hampir tidak kami sadari seperti tak mengacuhkan Ndo yang menjadi MC. Aku rasakan perasaan bersalah itu ada. Ndo, maafkan kami...selain itu, acara yang kurang atraktif. itu benar-benar jadi sebuah pelajaran bagiku. Kebetulan aku menjadi penanggung jawab Silang dengan angkatan terluhur di jurusan. Dari pengalaman bersama angkatan tadi, aku jadi tidak bisa tidur. Bagaimana bisa tidur jika aku harus memikirkan konsep acara yang seasik mungkin bersama angkatan terhormat dalam waktu tak lebih dari satu malam?? aku bahkan sempat bersitegang dengan beberapa temanku karena aku agak menuntut mereka untuk berkontribusi di silang dengan angkatan terhormat ini. Aku pusing dan rasanya ingin mati saja. aku anggap silang dengan angkatan terhormat ini begitu penting karena mereka telah amat sulit untuk ditemukan di jurusan. Aku tidak pulang ke kosan dan menginap di kosan temanku dengan niat untuk mendiskusikan konsep acara. tapi, apa daya... begitu sampai di kosan temanku, tubuhku sudah remuk. Setelah solat, aku langsung tergeletak di kasur dengan mata menerawang membayangkan apa yang akan terjadi besok. Malam itu, malam yang sangat tidak tenang bagiku. 

Selasa, 25 September 2012

Nomor 2


Ini adalah desain batik bikinan gue yang dapet juara 2 di tingkat kabupaten. Tepuk tangannya mana??? #cuma kabupaten ini '--
Jadi ini desain yang mesti memperlihatkan segala hal yang berhubungan dengan Kabupaten Garut. Pas bikin konsepnya, makan waktu ampe 3 hari. Eh pas hari H, malah harus digambar ulang dalam waktu 5 jam! Aku rada tepar juga dah... tapi lumayan hadiahnya dapet voucher buku. hehehe

Sabtu, 22 September 2012

bagi-bagi hepi

Hari ini aku ikut MABIM (Masa Bimbingan) ke 4 di kampus. Datang dari jam 5, tapi biasalah.. mulainya jam 6. Ketika aku dan teman-teman mau bergerak, datanglah para 'Mawar Merah'. Mereka datang dengan emosi meluap-luap dan semangat tinggi di hari selesu itu (setidaknya bagi gue). Ini adalah mabim ke sekian yang udah kita alami dan kita gak begitu takut lagi meski perasaan terancam tetap saja membeludak hati #alay
Hari itu tumben banget 'sarapan' paginya lama. Spesial buat aku karena dapat menu 'mata DanLap(komandan lapangan). gak tahu kenapa aku gak connect pas disuruh ngitung sama mawar merah. Aku gak fokus sampe 3 kali hitungan. Mungkin karena saking sebelnya, tuh danlap ampe speakless gak ngomong apa-apa cuma matanya nyerobot banget pengen keluar. Aku sih asik-asik aja soalnya semua senior jadi merhatiin aku (meski perhatiannya sama-sama dita';mpakkan lewat mata yang menyerbu ingin keluar). Akhirnya setelah agak lama di 'begituin', kita disuruh tutup mata dan keluarlah 'Mawar Putih'. Mereka seperti biasa menyuruh kita sholat dhuha, mentoring, dan hal-hal keagamaan lainnya. Kita juga dikasih materi tentang kepemimpinan oleh seorang presiden BEM sebuah fakultas di kampus. Ada games juga yang rame tapi bikin abis suara aku.
Tibalah saat yang dinanti-nanti. Mawar Merah kembali muncul dan menggiring kami ke sebuah tempat yang kunamai Lahan Neraka. Disini kami kembali diuji dengan berbagai gelora suara. Tapi, danlapnya yang sore itu seperti gak punya cukup kekuatan untuk menahan sifat aslinya yang baik hati. Beberapa kali dia terlihat menahan tawa karena tingkah polos kami. Mawar merah yang lain juga tidak begitu menampakkan taringnya. Mereka seakan menertawakan lelucon yang tidak sengaja kami buat. Aku tiba-tiba merasa bahagia dengan suasana ini dan malah menikmati Lahan Neraka dengan sepenuh hati. Bahkan, saat aku diancam push up 2 seri pun aku malah bersorak senang dalam hati karena mulai merasakan sikap ramah mereka meski masih berusaha mereka tutupi. Kami mencintaimu para Mawar Merah, maka cintailah kami adik-adikmu... #hari yang indah

Kamis, 20 September 2012

Dua Dimensi


Tuhan
Disanakah Engkau?
Lihatkah aku ?

Tuhan
Aku begini saja, tak tahu berupa apa
Menyemai banyak padi, menuai banyak nyeri
Dalam sunyi ku meringkih, dalam sudut ku tersunyi
Dalam gelap ku tertekan, dalam kekang aku tak terulang


Tuhan
Ada banyak himpunan asa, bagai sebuah melodi pentakosta
Aku menyuruh hati untuk melihat, bahwa kita hanyalah hamba dan penguasanya
Segala-gala yang kau pastikan benar, adalah kebenaran setulus-tulusnya
Dan aku menunggu apapun yang ada , apapun yang sanggup kau tindak untuk diriku

Tuhan
Aku sering melirih dalam pejam, menyeruak luka hati
Sudah 1 windu terlewati
Mungkin bagai pengecut, aku bersembunyi menata mati
Mereka-reka apa yang bakal
Aku jadikan apa yang terjadi


Tuhan
Aku menyongsongMu, kau kemana pergi
Aku mencintaiMu, kau kemana akan pautkan hati
Ringkik kuda terdengar nyaring, tapi telingaku sunyi dari bising
Aku inginMu, tapi kau kemana akan menjauh dariku 

Elegi Malam Hari


Zalimnya seseorang sezalim-zalimnya
Aku terzalimi dan akhirnya telah menzalimi
Permata lautan di dasar samudra
Terbuang telah kubuang jauh ke dalam palung hati

Masanya manusia untuk menjadi apa apa yang tak berguna
Parasit sinting yang menggoda hati
Meluluhlantahkan keyakinan
Menjijikan bagi nurani
Dan itulah si pecundang yang zalim

Anugrah adalah segala yang terindah
Tapi kita adalah segala yang percuma

Rabu, 19 September 2012

asal usul

Sejenak mempublikasikan diri. Nama pulpen saya adalah Adil Albanny. Saya dilahirkan pada hari dimana Ki Hajar Dewantara dilahirkan. Saya lahir di Frankfurt tapi entah bagaimana ceritanya di akte kelahiran saya lahir di Garut. Mungkin karena sebenarnya nama jadul Garut itu adalah Frankfurt mungkin? #masa sih
Saya ini tipe orang yang tidak tahu harus bagaimana mendefinisikannya. Saya ini kalau dalam matematika seperti akar dari -1. (imajiner dong!?). Banyak orang berkata bahwa saya adalah pribadi langka yang tiada tandingannya dimanapun (bukannya setiap pribadi adalah langka dan hanya ada satu di semesta ini?). tapi saya tidak pernah merasa begitu. Saya lebih merasa kalau saya ini orang awam yang lazim ditemukan dimana saja. Tapi saya percaya orang-orang seperti itulah yang memiliki kekuatan dahsyat di dalam dirinya (read: doa)
Saya memiliki otak gemilang yang belum pernah saya pakai dan wajah cantik dibalik topeng yang tidak begitu indah ini. Saya memiliki segudang prestasi yang belum diraih. Saya memiliki banyak kelebihan yang ter-cover kelemahan saya. Tapi, sebenarnya saya ini adalah orang hebat yang belum muncul ke permukaan. Tunggu saja tanggal aksinya!!
"My Signs are Arts" adalah nama yang dipilih untuk tempat eksis saya. Saya bisa ditemukan di tempat-tempa t dengan ekspektasi seni yang tinggi #apaan sih
Disini saya ingin berbagi karya (habisnya, gue gak punya duit untuk dibagi-bagi) untuk kalian semua para pembaca (makasih udah bersedia baca curhatan gak asik orang agak alay ini. )
Selanjutnya, mari berbagi dengan karya, mari berbagi untuk bangsa!!!! #heroik mode: on